SELAMAT DATANG DI BLOG B3 Baiti Bbytieh Blog

Senin, 11 Mei 2015

ma,,,,ada pocong



            Kursi telah tertata rapi, dua meja terpasang di antara kursi kayu. Hari ini selasa, 5 Mei 2015. Suasana kelas tak sesejuk bulan april lalu, ketika sebagian penghuni kelas berjamaah sujud dhuhur, bersama dosen teladan berkumis jarang, dialah Professor Ali Aziz.
            Dari bangku depan yang terbagi menjadi dua bagian, Ratu duduk sendiri menghadap ke belakang, Ria, Nafis dan Azka berhadapan dengannya. Pada shaf belakang mereka, Mas Miftah, Diana dan Mahabbah melirik ke sana-sini.
            “Proyektornya masih tidak bisa?”.          
            “Kita coba dulu pak, Insya Allah sudah bisa”. mahasiswa berkaca mata tebal melangkah. Dari tempat duduknya Ia membuka pintu, lalu meraih sebuah tongkat pel satu meter setengah. “Bismillahirrahmanirrahim”, mulutnya komat-kamit ketika menekan tombol ON pada proyektor yang tergantung.
            “Alhamdulillah”.  Semua bersorak, sebuah cahaya memantul menampakkan sebuah tulisan.
            Dosen empat mata di depan kelas mengayunkan kaki, sepatu Sport merah putihnya terkesan santai. Dari tangannya, ia menggenggam dua buah spidol biru-hitam untuk menulis. Bahasa sederhana dan suaranya yang bersemangat memantaskan dirinya sebagai seorang Trainer.
            “Saya rasa, semester ini sepertinya kok tergesa-gesa ya, sehingga perkuliahan tidak terprogram dengan baik, seharusnya ada praktek, ada training untuk kita. Saling presentasi, ada peran baik dan buruk, ada yang jadi provider dan juga klient”.
            Baiti, Syamsuri dan Handika duduk paling depan pada sayap kiri kelas, mata focus memperhatikan, tangan berjalan mencatat pengertian, “Prof Ali selalu menasehati: jika kalian ingin menjadi penulis, kalian harus terus menulis, jangan berhenti.”
            “Sebelum anda mengajukan proposal maka yang harus dilakukan adalah bertanya tentang masalah perusahaan, Anda bertanya, masalah perusahaan itu apa?Sehingga anda bisa mendesain sesuai dengan kebutuhan, setelah itu baru bisa membuat Rundown (susunan acara) di antaranya: ice breaking, materi yang perlu disampaikan sesuai latar belakang perusahaan.”ini kalau anda bergerak dalam TFT (Training for Training).
              Ini gambar apa?  

         “Senyum, senyum,,Baiti senyum, orange-orange”, teriak faizin menjelaskan gambar slide. “kalau imajinasi anda hanya berfokus pada gambar ini anda akan mengatakan senyum, namun jika anda orang yang kreatif anda akan bercerita sampai detail bahwa di sana ada anak main bola sambil nendang bola, menggelinding, bergeser bibirnya sampai  ketemu emoticon seperti itu.
            “Jika anda anak yang imajinatif anda akan bicara selain itu, tapi bisa dikatakan sebagai anak yang memiliki kecenderungan indigo.”
            “Tadi ada pocong loh ma”. Sharen menarik tangan ibunya. Ucapnya lurus tanpa pikir panjang. Ibunya bingung mengernyitkan dahi. “Mmm?, ah kamu”, katanya. Putrinya menatap jauh melewati sepion kiri mobil ayahnya, ia melanjutkan cerita, “Ma kok banyak pocongnya ya ma, ada pocong empat, di depan kasir, di meja sama di depan pintu, pas mama ambil bebek goreng ada satu yang ngikutin sambil jilat-jilat .”

 
            ayahnya geleng-geleng kepala. Ia tak marah, anaknya memang suka bicara sendiri, bisa melihat sesuatu yang tak mereka lihat. “ini salah satunya”. Anaknya cenderung seperti itu, kalau boleh dikatakan ia masuk dalam kategori anak indigo.
            Anak indigo (Indigo Children) adalah istilah bagi anak yang memiliki kemampuan yang special, yang tidak banyak dimiliki oleh anak lain. Konsep anak indigo pertama kali dikemukakan oleh Cenayang nancy Ann Tappe pada tahun 1970-an. Pada tahun 1982, Tappe menerbitkan buku Understanding Your Life Through Colour (memahami hidup anda melalui warna) yang menjelaskan bahwa semenjak  pertengahan tahun 1960-an, ia mulai menyadari bahwa banyak anak yang terlahir dengan aura indigo[1].
            “Kalau anda punya anak indigo jangan marah!”. Pak faqih berkata pada mahasiswa. hahaha
            Dua detik ketika penghuni kelas tertawa, seorang mahasiswa berbaju taqwa putih masuk lalu bersalaman, “Nah, cocok langsung doa”, teriak temannya dari bangku depan. “langsung tanya ini”, pak Faqih menambahi.
            Dosen berbaju batik ini melanjutkan penjelasan, “yang kekal di dunia ini adalah perubahan dan yang pasti adalah ketidakpastian”. dalam menghadapi perubahan dan ketidakpastian, seseorang bisa stress jika tidak siap menjalaninya. Jadi kalau cinta jangan terlalu cinta. Karena kalau hidup di dunia kan tidak pasti, tetapi persiapan cinta kita yang sesungguhnya ketika kita menghadap keharibaan Sang Pencipta itu yang pasti.
            “Jadi tua itu pasti, jadi dewasa itu pilihan”. Slogan sebuah iklan rokok.
            Ia membuka tutup spidol lalu menulis sesuatu di papan tulis, satu perubahan, dua ketidakpastian. Perubahan adalah sebuah keniscayaan, tinggal perubahannya ke arah mana, positif atau negative.
            Ketika perubahan dan ketidakpastian adalah keseharian maka tidak ada pilihan bagi seseorang kecuali membangun keyakinan dan kesempurnaan. Keyakinan untuk mengambil keputusan dan kesempurnaan untuk mewujudkan cita-cita.
            Yakin itu nilainya satu dan tidak yakin nilainya nol. “Satu kali, seratus kali jika dikalikan nol hasilnya berapa?, NOL.” Berapapun tindakan yang anda lakukan kalau tidak ada keyakinan maka tidak akan jadi apa-apa. Anda ingin move On tapi tidak punya visi, visi akhirat maupun visi dunia, actionnya tidak jelas.
“Bayangkan, ketika ada seseorang yang tidak punya misi, menaiki tangga sampai pada tingkat ke dua puluh, ketika sampai di sana temannya berkata_ e sepertinya kita salah gedung. Sia-sia tidak?. Maka penting atau tidak seseorang punya misi”.
            Coba kita analisa, jangan-jangan kita melakukan tindakan yang kelihatannya super sibuk tapi tidak produktif. “Anda harus MOVE ON nggak?”, tergantung anda berani atau tidak, berani di sini tergantung empat ON: visiON, actiON, passiON dan collaboratiON.
            Inilah bedanya hewan dan manusia. Ketika ada rangsangan tidak langsung action, karena manusia memiliki proses berfikir. Karena proses berfikir menumbuhkan sebuah pemahaman dan pemahaman menumbuhkan kesadaran. Kesadaran membutuhkan sebuah kepedulian, namun tidak semua orang memiliki sikap peduli. “ada sampah lewat, anda Cuma melihat, tidak apa-apa”. Ini berarti anda tidak sadar karena kesadaran lahir dengan kepedulian dan kepedulian muncul karena kepentingan.
            “Ada sebuah contoh”.
Apa yang harus aku lakukan?, berilah aku saran!.
            Di tempat kerja, di jalan, di sekolah, di pasar, di rumah, di manapun kok sampah thok!. Siti menggerutu pada dirinya. Melihat di sekeliling kaki berpijaknya, botol plastic menari dan daun-daun gugur bak musim semi.
            “Aha…………..”, matanya terbuka, telunjuknya mengacung.
            Di carinya sebuah buku di rak ruang kerjanya, ia mengurut satu buku berjudul “rubbish”. Sebuah buku yang ia tata rapi bersama koleksi bacaannya. Dengan pelan ia membuka halaman demi halaman.
            Pada lembar ke 21, tangannya berhenti menyibak lalu membuka lipatan. “program bank sampah”. “Naaaah, ini yang kucari”. Ia masih jongkok sambil membaca isi bukunya itu.


            Bank sampah adalah suatu tempat yang digunakan untuk mengumpulkan sampah yang sudah dipilah-pilah. Hasil dari pengumpulan yang sudah dipilah akan disetorkan kepada pengrajin atau disetorkan ke tempat pengepul untuk didaur ulang.
            Bank sampah dikelola menggunakan system seperti perbankan yang dilakukan oleh petugas sukarelawan. Penyetor adalah warga yang tinggal di sekitar lokasi bank serta mendapat buku tabungan ketika menyetor.
            “Wah boleh juga nih”, ia menyemangati dirinya sendiri lalu melanjutkan membaca. Bank sampah  berdiri karena adanya keprihatinan masyarakat akan lingkungan hidup yang semakin lama semakin dipenuhi dengan sampah baik organic maupun anorganik.
            “kalau aku mendirikan bank sampah di gang ini, sepertinya akan ada hasilnya, lihat saja,  sampah akan diperhatikan, lingkungan juga lebih bersih”.
            Ya. Kesadaran, kepedulian dan kepentingan. Tiga kunci yang harus dimiliki oleh pe_KARYA. Seseorang yang sudah ketemu passionnya, enjoy dan semangat dalam aktifitasnya. Ada seorang dokter yang menemukan jatidirinya, “Ya Allah mungkin inilah yang telah Engkau tugaskan untuk saya, sehingga saya akan mengabdikan diri saya untuk melayani orang-orang yang sakit”.






[1] Id.m.wikipedia.org/wiki/anak_indigo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar