SELAMAT DATANG DI BLOG B3 Baiti Bbytieh Blog

pendidikan



BAB II
PEMBAHASAN
1)      Keserasian antara ilmu dan penampilan
a)     Surat Al-Baqarah ayat 247
tA$s%ur óOßgs9 óOßgŠÎ;tR ¨bÎ) ©!$# ôs% y]yèt/ öNà6s9 šVqä9$sÛ %Z3Î=tB 4 (#þqä9$s% 4¯Tr& ãbqä3tƒ ã&s! ہù=ßJø9$# $uZøŠn=tã ß`øtwUur ,ymr& Å7ù=ßJø9$$Î/ çm÷ZÏB öNs9ur |N÷sムZpyèy šÆÏiB ÉA$yJø9$# 4 tA$s% ¨bÎ) ©!$# çm8xÿsÜô¹$# öNà6øn=tæ ¼çnyŠ#yur ZpsÜó¡o0 Îû ÉOù=Ïèø9$# ÉOó¡Éfø9$#ur ( ª!$#ur ÎA÷sム¼çmx6ù=ãB ÆtB âä!$t±o 4 ª!$#ur ììźur ÒOŠÎ=tæ ÇËÍÐÈ  
            Nabi mereka mengatakan kepada mereka: "Sesungguhnya Allah telah mengangkat Thalut menjadi rajamu." mereka menjawab: "Bagaimana Thalut memerintah Kami, Padahal Kami lebih berhak mengendalikan pemerintahan daripadanya, sedang diapun tidak diberi kekayaan yang cukup banyak?" Nabi (mereka) berkata: "Sesungguhnya Allah telah memilih rajamu dan menganugerahinya ilmu yang Luas dan tubuh yang perkasa." Allah memberikan pemerintahan kepada siapa yang dikehendaki-Nya. dan Allah Maha Luas pemberian-Nya lagi Maha mengetahui”.
            Dari Ayat diatas dapat dipahami bahwa, kepemimpinan bukanlah ditentukan atas dasar keturunan, namun atas dasar kesiapan, pengetahuan serta kesehatan jasmani berupa kekuatan atau sikap tidak lemah serta dengan semangat memimpin yang baik, bahkan di sini diisyaratkan bahwa kekuasaan yang direstui Allah adalah adanya hubungan yang baik antara penguasa danAllah Swt.
 Dalam tafsir Kementrian Agama dijelaskan bahwa Allah swt telah mengangkat talut (dalam bibel saul) sebagai raja. Orang-orang bani israil tidak mau menerima talut sebagai raja dengan alasan, bahwa menurut tradisi, yang boleh dijadikan raja hanyalah dari kabilah Yahudi, sedangkan talut dari kabilah bunyamin. Lagi pula disyaratkan yang boleh menjadi raja itu harus seorang hartawan, sedang talut bukan hartawan. Oleh karena itu secara spontan mereka menolak, “bagaimana talut akan memerintah kami, padahal kami lebih berhak untuk mengendalikan pemerintahan dari pada dia, sedang dia pun tidak diberin kekayaan yang cukup untuk menjadi raja ?”.
Samuel menjawab bahwa talut diangkat menjadi raja atas pilihan Allah karena itu Allah menganugerahkan kepadanya ilmu yang luas dan tubuh yang perkasa sehingga ia mampu memimpin bani israil. Dari ayat ini dapat diambil pengertian bahwa seorang yang akan dijadikan raja itu hendaklah :
1.      Mempunyai kekuatan fisik sehingga mampu untuk melaksanakan tugas-tugasnya sebagai kepala Negara.
2.      Menguasai ilmu pengetahuan yang luas, mengetahui letak kekuatan umat dan kelemahannya, sehingga dapat memimpinnya dengan penuh bijaksana.
3.      Memiliki kesehatan jasmani dan kecerdasan pikiran.
4.      Bertakwa kepada Allah agar mendapat taufik dan hidayahnya, untuk mengatasi segala kesulitan yang tidak mungkin di atasinya sendiri, kecuali dengan taufik dan hidayahnya.
            Adapun harta kekayaan tidak dimasukkan menjadi syarat untuk menjadi raja. Karena bila syarat-syarat yang empat tersebut telah dipenuhi maka mudah baginya untuk mendapatkan harta yang diperlukan, sebab Allah Mahaluas pemberiannya lagi maha mengetahui[1].
            Dalam pengembangan ini tersimpan pula salah satu sifat bani Israel yang sudah banyak diisyaratkan dalam surat ini. Mereka meminta agar diangkat seorang pemimpin bagi mereka supaya mereka dapat berperang di bawah benderanya. Mereka mengatakan bahwa mereka ingin berperang “dijalan Allah”. Maka, inilah mereka, menundukan kepala dan melepaskan leher mereka. Mereka membantah atas apa yang dipilihkan Allah untuk mereka sebagai mana yang diinformasikan nabi meraka kepada mereka, mereka memungkiri kalau thalut, yang telah diutus allah untuk mereka. Mengapa ? karena, adanya perasaan bahwa merekalah yang lebih berhak terhadapat kekuasan itu berdasarkan kewarisan, sedangkan thalut bukan keturunan raja yang dikalangan mereka. Lagi pula dia tidak memiliki kekayaan yang berlimpah sehingga dia tidak layak mewarisi kekuasaan itu yang semuanya adalah karena kegelapan pandangan  mereka yang sudah menjadi sifat bani israil yang terkenal pembangkangannya[2].
            Nabi mereka mengungkapkan kepada mereka tentang kelebihberhakan thalut dan tentang hikmah Allah memilihnya.
“Nabi mereka berkata sesungguhnya Allah telah memilihnya menjadi raja mu dan menganungrahinya ilmu yang luas tubuh yang perkasa Allah memberikan pemerintahan (kekuasan) kepada siapa yang dihendakinya dan Allah maha luas pemberiaanya lagi maha mengetahuai,”
            Thalut adalah orang yang telah dipilih oleh Allah. Ini lah salah satu sisinya, dan diberinya ilmu yang luas dan tubuh yang perkasa .pada sisi lain, Allah memberikan pemerintahan (kekuasaan) kepada siapa yang dihendakinya, dan Allah maha luas pemberian-Nya lagi maha mengetahui. “karunianya tidak ada bendaharanya, pemberiannya tidak ada batasnya. Dialah yang mengetahui kebaikannya, dan bagaimana urusan itu diletekan pada posisinya secara proposional. Ini adalah urusan untuk pandangan yang semrawut dan untuk menerangi kegelapan. Akan tetapi karakter bani Israel dan nabi mereka sudah mengerti hal ini tidak layak untuk menyandang hakikat-hakikat yang tinggi itu sendirian. Mereka sedang menghadapi peperangan. Maka, harus ada suatu hal luar biasa yang dapat menggoncang hati mereka dan mengembalikan kepercayaan dan kenyakinannya.
            Hubungan makna ayat 247 pada surat Al-Baqarah dengan prinsip komunikasi yakni, perhatian terhadap hal-hal yang mendukung kegiatan komunikasi antara lain dengan memperhatikan penampilan agar tercipta komunikasi sambung rasa, dengan menerapkan ilmu maupun pengetahuan yang dimiliki, karena sebagai komunikator haruslah memperhatikan persiapan performansi terbaik agar pesan yang disampaikan mendapatkan respon yang positif dan maksimal, sehingga komunikasi dapat terlaksana secara efektif.

2)      Integrasi pesan Qolbiyah, Jaradiyah dan Maaliyah
            Integrasi merupakan penggabungan, penyatuan maupun pemaduan beberapa hal menjadi satu agar menjadi satu kesatuan yang utuh dan saling melengkapi. Sedangkan kata pesan menurut beberapa ahli komunikasi seperti Lasswell, Barlo, schramm mendifinisikan pesan sesuai dengan pengetahuan mereka masing-masing yang berkenaan dengan komunikasi sehari-hari. Beberapa ahli yang lain mengartikan pesan sebagai suatu kumpulan pola-pola, isyarat serta simbol-simbol yang di dalamnya mengandung makna untuk dipahami.
            Kata Qolbiyah, Jasadiyah dan maaliyah merupakan kata-kata serapan dalam bahasa arab yang memiliki arti hati, badan dan kekayaan. Makhsud dari masing-masing kata di atas adalah:
a)      Qolbiyah à Qalbun à Hati à bahwa Allah menganugerahkan hati atau perasaan kepada manusia agar mereka peka terhadap apa yang terjadi di dunia ini.
b)      Jasadiyah à Jasad à Tubuh atau badan
c)      Maaliyah à Maal à Harta atau kekayaan à bahwa Allah telah memberikan segala nikmat berupa kekayaan agar manusia dapat memanfaatkan dan mengelola untuk beribadah kepada-Nya dan kelangsungan hidup di dunia ini. 
a.     Al-anfal ayat-2
$yJ¯RÎ) šcqãZÏB÷sßJø9$# tûïÏ%©!$# #sŒÎ) tÏ.èŒ ª!$# ôMn=Å_ur öNåkæ5qè=è% #sŒÎ)ur ôMuÎ=è? öNÍköŽn=tã ¼çmçG»tƒ#uä öNåkøEyŠ#y $YZ»yJƒÎ) 4n?tãur óOÎgÎn/u tbqè=©.uqtGtƒ ÇËÈ  
Sesungguhnya orang-orang yang beriman[3]ialah mereka yang bila disebut nama Allah [4]gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal”.
Kesinambungan antara ayat dua dengan ayat sebelumnya terletak pada penjelasan tentang Ghonimah dalam perang badar[5], dalam ayat pertama dijelaskan tentang beberapa hal yang berkaitan dengan perang, lalu dalam ayat kedua disempurnakan lagi bahwa keimanan dalam hati merupakan acuan terpenting, terutama yang berhubungan dengan tujuan perang dalam islam, yakni tidak semata-mata untuk mencari kekayaan[6] dari harta rampasan serta tawanan perang, namun untuk tujuan suci yakni memerangi kaum kafir yang selalu memberontak islam. Kalau tidak demikian, tentulah mereka pergi berperang hanya karena mengharapkan keuntungan harta rampasan, sehingga makhsud tujuan suci telah hilang, dan tujuan yang kedua mereka jadikan jadikan yang pertama, yaitu mencari kekayaan.[7]
Pada akhir ayat satu berisi tentang perintah agar para pejuang perang badar selalu taat kepada Allah dan Rasulnya, dan jika mereka benar-benar mukmin maka tentulah mereka melaksanakan perintah itu.
 Dalam ayat kedua Allah swt menjelaskan bahwa sebagian sifat dari orang-orang mukmin yaitu : oramg-orang yang mantap imannya dan kukuh lagi sempurna keyakinannya hanyalah mereka yang membuktikan pengakuan iman mereka dengan perbuatan, sehingga antara lain jika disebut asma Allah sekedar mendengar nama itu, gentar hati mereka, karena mereka sadar akan kekuasaan dan keindahan serta keagungan-Nya, ayat-ayat Allah menambah iman mereka karena memang mereka telah mengimaninya sebelum dibacakan, sehingga setiap ia mendengarnya, kembali terbuka lebih luas wawasan mereka dan terpancar lebih banyak cahaya ke hati mereka dan kepercayaan itu menghasilkan rasa tenang menghadapi segala sesuatu sehingga hasilnya adalah “ dan kepada Tuhan mereka saja mereka berserah diri”. [8].
            Ayat di atas berhubungan dengan firman Allah “orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati mereka menjadi tenteram ( ar-ra’d : 28)”. Ayat kedua surat Al-anfal melukiskan tahap pertama dari gejolak hati orang-orang mukmin yang ketika itu merasa sangat takut karena membayangkan ancaman dan siksa Allah. Sedangkan  ayat Ar-ra’d menggambarkan gejolak hati mereka setelah itu, yakni ketika mereka mengingat rahmat dan kasih sayang Allah. Kedua kondisi psikologis ini diperkuat lagi dengan firman Allah dalam surat  Az-zumar : 23 “Allah telah menurunkan Perkataan yang paling baik (yaitu) Al Quran yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang, [9]gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah”.
Allah menjelaskan bahwa orang-orang mukmin adalah mereka yang menghiasi dirinya dengan sifat-sifat seperti tersebut dalam ayat ini yaitu apabila disebutkan nama Allah maka bergetarlah hatinya.
Pada saat itu timbul dalam jiwanya perasaan penuh haru mengingat besarnya nikmat dan karunia-Nya. Mereka merasa takut apabila mereka tidak memenuhi tugas kewajiban sebagai hamba Allah, dan merasa berdosa apabila melanggar larangan-larangan-Nya.
Bergetarnya hati sebagai perumpamaan rasa takut, adalah sikap mental yang bersifat abstrak, yang hanya dapat dirasakan oleh yang bersangkutan dan hanya Allah sendiri yang mengetahuinya. Sedang orang lain dapat mengetahui dengan memperhatikan tanda-tanda lahiriyah yang terlukis dalam gerak-gerik perbuatanyya.
Sikap mental itu adakalanya tampak dalam perkataan, sebagaimana tergambar dalam firman Allah surat Al-mukminun : 60
tûïÏ%©!$#ur tbqè?÷sム!$tB (#qs?#uä öNåkæ5qè=è%¨r î's#Å_ur öNåk¨Xr& 4n<Î) öNÍkÍh5u tbqãèÅ_ºu ÇÏÉÈ  
“Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa) Sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhan mereka”.[10]
Apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, bertambahlah bagi mereka keimanan
            Karena ayat-ayat Allah mengandung dalil-dalil yang kuat yang mempengaruhi jiwanya, sehingga mereka bertambah yakin dan mantap serta dapat memahami kandungan isinya, serta anggota badannya tergerak untuk melaksanakannya.
            Dalam ayat ini terdapat petunjuk bahwa iman seseorang dapat bertambah dan dapat berkurang sesuai dengan ilmu dan amalnya. Rasulullah bersabda :
الايمان بضع وسبعون شعبه, اعلاهاشهادةان لااله الاالله واد ناهااماطةالاوذى عن الطريق (رواه البخاري ومسلم عن ابي هريره)
“iman itu lebih dari 70 cabang, yang tertinggi adalah pengakuan bahwa tiada Tuhan selain Allah, dan yang terendah adalah menyingkirkangangguan dari jalan”. ( HR. Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah)
            Dengan demikian bertambahnya iman pada seseorang dapat diketahui apabila ia giat beramal, iman dan amal merupakan satu kesatuan yang bulat dan tidak bisa dipisahkan.[11]
……Kepada Tuhanlah mereka bertawakkal
            Hanya kepada Allah saja mereka bertawakkal, sebagaimana ditunjuki oleh bentuk kalimatnya. Mereka tidak mempersekutukan–Nya dengan seorangpun untuk mereka mintai pertolongan dan bertawakkal. Atau, sebagaimana ulasan imam ibnu katsir di dalam tafsirnya, “ yakni, mereka tidak berharap kepada selain-Nya, tidak mengarahkan permintaan kecuali kepada-Nya, tidak berlindung kecuali kepada perlindungan-Nya, tidak meminta pemenuhan kebutuhan kecuali kepada-Nya, dan tidak menadahkan harapan kecuali kepada-Nya”.
Inilah kemurnian kepercayaan terhadap keesaan Allah, ketulusan ibadah kepada-Nya, tanpa selain-Nya. Maka, tidak mungkin berkumpul dalam hati seseorang tentang sikap mentauhidkan Allah dan bertawakkal selain pada Allah.
b.      Al-anfal ayat 3
šúïÏ%©!$# šcqßJÉ)ムno4qn=¢Á9$# $£JÏBur öNßg»uZø%yu tbqà)ÏÿZムÇÌÈ  
“(yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka”.
            Di sini kita melihat bahwa iman itu memiliki bentuk gerakan lahiriyah sesudah kita melihatnya dalam sifat-sifatnya terdahulu sebagai perasaan hati dan batin. Hal itu  karena iman merupakan keyakinan yang tertanam dalam hti dan dibuktikan dengan perbuatan.
            Mendirikan sholat bukan sekedar menegerjakan shalat, namun dengan merealisasikan hakikatnya yaitu penuanaian yang sempurna dan sesuai dengan posisi seorang hamba yang mengabdikan diri kepada al-Ma’bud  (Tuhan yang disembah). Jadi bukan sekedar membaca, berdiri, ruku’ dan sujud, sedang hatinya lalai. Shalat dalam wujudnya yang sempurna menjadi bukti riil adanya iman.
Kata menafkahkan berarti mengeluarkan rezeki (apa yang dimiliki) dengan tulus setiap saat dan secara berkesinambungan yang wajib atau yang sunnah.
Yang dimakhsud rezeki  adalah segala sesuatu yang dapat dimanfaatkan. Ayat ini mengisyaratkan bahwa mukmin sejati adalah yang bekerja dan berkarya, mengembangkan potensi yang dimilikinya sebaik mungkin sehingga dapat memperoleh hasil yang melebihi kebutuhan jangka pendek dan jangka panjang serta dapat membantu orang lain
Itulah sifat-sifat iman yang ditetapkan Allah dalam ayat-ayat ini, yaitu meliputi keyakinan terhadap keesaan Allah, kepatuhan perasaan untuk mengingat Allah, kesan hati terhadap ayat-ayat-Nya, bertawakkal terhadap Allah, mendirikan shalat karena Allah dan menginfakkan sebagian dari rizki yang diberikan oleh Allah.[12]
Dalam tafsir depertemen agama diterangkan bahwa Allah menjelaskan sifat-sifat lahiriyah orang-orang mukmin sebagai kelanjutan sifat-sifat yang telah lalu, meliputi:
a)      Selalu mendirika shalat lima waktu dengan sempurna syarat dan rukun-rukunnya, tepat waktunya sedang jiwanya khusyu’mengikuti gerak lahiriyahnya dan tunduk semata-mata kepada Allah.
b)      Menginfakkan sebagian harta yang diberikan kepadanya. Yang dimakhsud dengan membelanjakan harta dalam ayat ini adalah meliputi pengeluaran zakat, memberi nafkah kepada keluarga dekat ataupun jauh, atau membantu kegiatan sosial dan kepentingan agama, serta kemaslahatan umat.
c)      Al-anfal ayat-4
y7Í´¯»s9'ré& ãNèd tbqãZÏB÷sßJø9$# $y)ym 4 öNçl°; ìM»y_uyŠ yYÏã óOÎgÎn/u ×otÏÿøótBur ×-øÍur ÒOƒÌŸ2 ÇÍÈ  
“Mereka itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan serta rezki (nikmat) yang mulia”.
Setelah ayat-ayat yang lalu melukiskan contoh kegiatan dan amal mereka yang berkaitan dengan hati, anggota tubuh dan harta, maka ayat ini menunjuk kedudukan tertinggi mereka di sisi Allah swt. Dengan menyetakan “ itulah mereka orang-orang mukmin yang haq” yakni yang sempurna lagi mantap imannya. Bagi mereka derajat-derajat yang tinggi di sisi Tuhan mereka adalah surga dan ampunan atas kesalahan-kesalahan mereka serta rezeki yang mulia yakni banyak, halal serta  memuaskan di dunia dan di akhirat.
            Allah menegaskan bahwa orang-orang yang menghiasi dirinya dengan sifat-sifat tersebut adalah orang-orang mukmin sejati. Ibnu Hazm menjelaskan bahwa sifat-sifat ini adalah sifat-sifat yang dapat diketahui orang lain dari dirinya, maka apabila seseorang mengetahui bahwa dirinya telah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya maka ia harus mengikrarkan semua pengakuannya dengan lisan lalu direalisasikan dalam perbuatan.
            Di akhir ayat Allah menjelaskan imbalan yang akan diterima oleh orang-orang mukmin yang benar-benar beriman dan menghiasi dirinya dengan sifat-sifat yang telah disebutkan, yaitu mereka akan memperoleh derajat yang tinggi dan kedudukan yang mulia dari Allah. Derajat yang tinggi itu dapat berupa keutamaan hidup di dunia maupun keutamaan hidup di akhirat. [13]Firman Allah dalam surat At-taubah ayat :20
tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#rãy_$ydur (#rßyg»y_ur Îû È@Î6y «!$# ôMÏlÎ;ºuqøBr'Î/ öNÍkŦàÿRr&ur ãNsàôãr& ºpy_uyŠ yYÏã «!$# 4 y7Í´¯»s9'ré&ur ç/èf tbrâͬ!$xÿø9$# ÇËÉÈ  
“Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta, benda dan diri mereka, adalah lebih Tinggi derajatnya di sisi Allah; dan Itulah orang-orang yang mendapat kemenangan”.









BAB III
PENUTUP
1.      Kesimpulan
tA$s%ur óOßgs9 óOßgŠÎ;tR ¨bÎ) ©!$# ôs% y]yèt/ öNà6s9 šVqä9$sÛ %Z3Î=tB 4 (#þqä9$s% 4¯Tr& ãbqä3tƒ ã&s! ہù=ßJø9$# $uZøŠn=tã ß`øtwUur ,ymr& Å7ù=ßJø9$$Î/ çm÷ZÏB öNs9ur |N÷sムZpyèy šÆÏiB ÉA$yJø9$# 4 tA$s% ¨bÎ) ©!$# çm8xÿsÜô¹$# öNà6øn=tæ ¼çnyŠ#yur ZpsÜó¡o0 Îû ÉOù=Ïèø9$# ÉOó¡Éfø9$#ur ( ª!$#ur ÎA÷sム¼çmx6ù=ãB ÆtB âä!$t±o 4 ª!$#ur ììźur ÒOŠÎ=tæ ÇËÍÐÈ  
            “Nabi mereka mengatakan kepada mereka: "Sesungguhnya Allah telah mengangkat Thalut menjadi rajamu." mereka menjawab: "Bagaimana Thalut memerintah Kami, Padahal Kami lebih berhak mengendalikan pemerintahan daripadanya, sedang diapun tidak diberi kekayaan yang cukup banyak?" Nabi (mereka) berkata: "Sesungguhnya Allah telah memilih rajamu dan menganugerahinya ilmu yang Luas dan tubuh yang perkasa." Allah memberikan pemerintahan kepada siapa yang dikehendaki-Nya. dan Allah Maha Luas pemberian-Nya lagi Maha mengetahui”.
            Dari Ayat diatas dapat dipahami bahwa, kepemimpinan bukanlah ditentukan atas dasar keturunan, namun atas dasar kesiapan, pengetahuan serta kesehatan jasmani berupa kekuatan atau sikap tidak lemah serta dengan semangat memimpin yang baik, bahkan di sini diisyaratkan bahwa kekuasaan yang direstui Allah adalah adanya hubungan yang baik antara penguasa danAllah Swt.
$yJ¯RÎ) šcqãZÏB÷sßJø9$# tûïÏ%©!$# #sŒÎ) tÏ.èŒ ª!$# ôMn=Å_ur öNåkæ5qè=è% #sŒÎ)ur ôMuÎ=è? öNÍköŽn=tã ¼çmçG»tƒ#uä öNåkøEyŠ#y $YZ»yJƒÎ) 4n?tãur óOÎgÎn/u tbqè=©.uqtGtƒ ÇËÈ   šúïÏ%©!$# šcqßJÉ)ムno4qn=¢Á9$# $£JÏBur öNßg»uZø%yu tbqà)ÏÿZムÇÌÈ   y7Í´¯»s9'ré& ãNèd tbqãZÏB÷sßJø9$# $y)ym 4 öNçl°; ìM»y_uyŠ yYÏã óOÎgÎn/u ×otÏÿøótBur ×-øÍur ÒOƒÌŸ2 ÇÍÈ  
2. Sesungguhnya orang-orang yang beriman[594] ialah mereka yang bila disebut nama Allah[595] gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.
3. (yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka.
4. Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan serta rezki (nikmat) yang mulia.
            Integrasi merupakan penggabungan, penyatuan maupun pemaduan beberapa hal menjadi satu agar menjadi satu kesatuan yang utuh dan saling melengkapi. Sedangkan kata pesan menurut beberapa ahli komunikasi seperti Lasswell, Barlo, schramm mendifinisikan pesan sesuai dengan pengetahuan mereka masing-masing yang berkenaan dengan komunikasi sehari-hari. Beberapa ahli yang lain mengartikan pesan sebagai suatu kumpulan pola-pola, isyarat serta simbol-simbol yang di dalamnya mengandung makna untuk dipahami.
            Kata Qolbiyah, Jasadiyah dan maaliyah merupakan kata-kata serapan dalam bahasa arab yang memiliki arti hati, badan dan kekayaan. Makhsud dari masing-masing kata di atas adalah:
a)      Qolbiyah à Qalbun à Hati à bahwa Allah menganugerahkan hati atau perasaan kepada manusia agar mereka peka terhadap apa yang terjadi di dunia ini.
b)      Jasadiyah à Jasad à Tubuh atau badan
c)      Maaliyah à Maal à Harta atau kekayaan à bahwa Allah telah memberikan segala nikmat berupa kekayaan agar manusia dapat memanfaatkan dan mengelola untuk beribadah kepada-Nya dan kelangsungan hidup di dunia ini. 





[1] Kementrian agama
[2] Tafsir Fi Zhilalil-Qur’an
[3] Maksudnya: orang yang sempurna imannya
[4] Dimaksud dengan disebut nama Allah Ialah: menyebut sifat-sifat yang mengagungkan dan memuliakannya.
[5] menurut riwayat Abu Ishaq, Rasulullah keluar bersama 314 orang sahabatnya pada suatu malam di bulan Ramadhan dengan membawa 70 ekor unta. Setiap unta ditunggangi secara bergantian oleh dua atau tiga orang. Kaum muslimin tidak mengetahui keberangkatan bala bantuan Quraisy yang keluar dari Mekah dengan tujuan perang. Pada saat itu, Abu Sofyan berhasil lolos menyusuri mata air Badar dengan melewati jalanan panjang menuju Makkah.
[6] Kemenangan, mendapat ghonimah atau harta rampasan seperti alat perang, pembekalan musuh serta tawanan perang
[7] tafsir
[8] Al-Misbah hal 375
[9] Maksud berulang-ulang di sini ialah hukum-hukum, pelajaran dan kisah-kisah itu diulang-ulang menyebutnya dalam Al Quran supaya lebih kuat pengaruhnya dan lebih meresap. sebahagian ahli tafsir mengatakan bahwa Maksudnya itu ialah bahwa ayat-ayat Al Quran itu diulang-ulang membacanya seperti tersebut dalam mukaddimah surat Al Faatihah.
[10] Maksudnya: karena tahu bahwa mereka akan kembali kepada Tuhan untuk dihisab, Maka mereka khawatir kalau-kalau pemberian-pemberian (sedekah-sedekah) yang mereka berikan, dan amal ibadah yang mereka kerjakan itu tidak diterima tuhan.
[11] Kementrian Agama RI.. Al-Qur’an Dan Tafsirnya Jilid 13, Jakarta: Widya Cahaya. 2011
[12] Tafsir fi dzilalil Qur’an
[13] Kementrian agama

Tidak ada komentar:

Posting Komentar