BAB II
PEMBAHASAN
1)
Keserasian
antara ilmu dan penampilan
a)
Surat
Al-Baqarah ayat 247
tA$s%ur óOßgs9 óOßgÎ;tR ¨bÎ) ©!$# ôs% y]yèt/ öNà6s9 Vqä9$sÛ %Z3Î=tB 4 (#þqä9$s% 4¯Tr& ãbqä3t ã&s! Ûù=ßJø9$# $uZøn=tã ß`øtwUur ,ymr& Å7ù=ßJø9$$Î/ çm÷ZÏB öNs9ur |N÷sã Zpyèy ÆÏiB ÉA$yJø9$# 4 tA$s% ¨bÎ) ©!$# çm8xÿsÜô¹$# öNà6øn=tæ ¼çny#yur ZpsÜó¡o0 Îû ÉOù=Ïèø9$# ÉOó¡Éfø9$#ur ( ª!$#ur ÎA÷sã ¼çmx6ù=ãB ÆtB âä!$t±o 4 ª!$#ur ììźur ÒOÎ=tæ ÇËÍÐÈ
“Nabi mereka mengatakan kepada
mereka: "Sesungguhnya Allah telah mengangkat Thalut menjadi rajamu."
mereka menjawab: "Bagaimana Thalut memerintah Kami, Padahal Kami lebih
berhak mengendalikan pemerintahan daripadanya, sedang diapun tidak diberi
kekayaan yang cukup banyak?" Nabi (mereka) berkata: "Sesungguhnya
Allah telah memilih rajamu dan menganugerahinya ilmu yang Luas dan tubuh yang
perkasa." Allah memberikan pemerintahan kepada siapa yang dikehendaki-Nya.
dan Allah Maha Luas pemberian-Nya lagi Maha mengetahui”.
Dari Ayat diatas
dapat dipahami bahwa, kepemimpinan bukanlah ditentukan atas dasar keturunan, namun
atas dasar kesiapan, pengetahuan serta kesehatan jasmani berupa kekuatan atau
sikap tidak lemah serta dengan semangat memimpin yang baik, bahkan di sini diisyaratkan
bahwa kekuasaan yang direstui Allah adalah adanya hubungan yang baik antara
penguasa danAllah Swt.
Dalam tafsir Kementrian
Agama dijelaskan bahwa Allah swt telah mengangkat talut (dalam bibel saul)
sebagai raja. Orang-orang bani israil tidak mau menerima talut sebagai raja
dengan alasan, bahwa menurut tradisi, yang boleh dijadikan raja hanyalah dari
kabilah Yahudi, sedangkan talut dari kabilah bunyamin. Lagi pula disyaratkan
yang boleh menjadi raja itu harus seorang hartawan, sedang talut bukan
hartawan. Oleh karena itu secara spontan mereka menolak, “bagaimana talut akan
memerintah kami, padahal kami lebih berhak untuk mengendalikan pemerintahan
dari pada dia, sedang dia pun tidak diberin kekayaan yang cukup untuk menjadi
raja ?”.
Samuel menjawab bahwa talut diangkat menjadi raja atas pilihan Allah
karena itu Allah menganugerahkan kepadanya ilmu yang luas dan tubuh yang
perkasa sehingga ia mampu memimpin bani israil. Dari ayat ini dapat diambil
pengertian bahwa seorang yang akan dijadikan raja itu hendaklah :
1.
Mempunyai
kekuatan fisik sehingga mampu untuk melaksanakan tugas-tugasnya sebagai kepala
Negara.
2.
Menguasai
ilmu pengetahuan yang luas, mengetahui letak kekuatan umat dan kelemahannya,
sehingga dapat memimpinnya dengan penuh bijaksana.
3.
Memiliki
kesehatan jasmani dan kecerdasan pikiran.
4.
Bertakwa
kepada Allah agar mendapat taufik dan hidayahnya, untuk mengatasi segala
kesulitan yang tidak mungkin di atasinya sendiri, kecuali dengan taufik dan
hidayahnya.
Adapun harta kekayaan tidak dimasukkan menjadi syarat
untuk menjadi raja. Karena bila syarat-syarat yang empat tersebut telah
dipenuhi maka mudah baginya untuk mendapatkan harta yang diperlukan, sebab
Allah Mahaluas pemberiannya lagi maha mengetahui[1].
Dalam pengembangan ini tersimpan pula salah satu sifat
bani Israel yang sudah banyak diisyaratkan dalam surat ini. Mereka meminta agar
diangkat seorang pemimpin bagi mereka supaya mereka dapat berperang di bawah
benderanya. Mereka mengatakan bahwa mereka ingin berperang “dijalan Allah”.
Maka, inilah mereka, menundukan kepala dan melepaskan leher mereka. Mereka
membantah atas apa yang dipilihkan Allah untuk mereka sebagai mana yang
diinformasikan nabi meraka kepada mereka, mereka memungkiri kalau thalut, yang
telah diutus allah untuk mereka. Mengapa ? karena, adanya perasaan bahwa
merekalah yang lebih berhak terhadapat kekuasan itu berdasarkan kewarisan,
sedangkan thalut bukan keturunan raja yang dikalangan mereka. Lagi pula dia
tidak memiliki kekayaan yang berlimpah sehingga dia tidak layak mewarisi kekuasaan
itu yang semuanya adalah karena kegelapan pandangan mereka yang sudah menjadi sifat bani israil yang
terkenal pembangkangannya[2].
Nabi mereka mengungkapkan kepada mereka tentang kelebihberhakan
thalut dan tentang hikmah Allah memilihnya.
“Nabi mereka berkata sesungguhnya Allah telah memilihnya menjadi
raja mu dan menganungrahinya ilmu yang luas tubuh yang perkasa Allah memberikan
pemerintahan (kekuasan) kepada siapa yang dihendakinya dan Allah maha luas
pemberiaanya lagi maha mengetahuai,”
Thalut adalah orang yang telah dipilih oleh Allah. Ini lah
salah satu sisinya, dan diberinya ilmu yang luas dan tubuh yang perkasa .pada
sisi lain, Allah memberikan pemerintahan (kekuasaan) kepada siapa yang
dihendakinya, dan Allah maha luas pemberian-Nya lagi maha mengetahui. “karunianya
tidak ada bendaharanya, pemberiannya tidak ada batasnya. Dialah yang mengetahui
kebaikannya, dan bagaimana urusan itu diletekan pada posisinya secara
proposional. Ini adalah urusan untuk pandangan yang semrawut dan untuk
menerangi kegelapan. Akan tetapi karakter bani Israel dan nabi mereka sudah
mengerti hal ini tidak layak untuk menyandang hakikat-hakikat yang tinggi itu
sendirian. Mereka sedang menghadapi peperangan. Maka, harus ada suatu hal luar
biasa yang dapat menggoncang hati mereka dan mengembalikan kepercayaan dan
kenyakinannya.
Hubungan makna
ayat 247 pada surat Al-Baqarah dengan prinsip komunikasi yakni, perhatian
terhadap hal-hal yang mendukung kegiatan komunikasi antara lain dengan
memperhatikan penampilan agar tercipta komunikasi sambung rasa, dengan menerapkan
ilmu maupun pengetahuan yang dimiliki, karena sebagai komunikator haruslah
memperhatikan persiapan performansi terbaik agar pesan yang disampaikan
mendapatkan respon yang positif dan maksimal, sehingga komunikasi dapat
terlaksana secara efektif.
2)
Integrasi
pesan Qolbiyah, Jaradiyah dan Maaliyah
Integrasi merupakan penggabungan, penyatuan maupun
pemaduan beberapa hal menjadi satu agar menjadi satu kesatuan yang utuh dan
saling melengkapi. Sedangkan kata pesan menurut beberapa ahli komunikasi seperti
Lasswell, Barlo, schramm mendifinisikan pesan sesuai dengan pengetahuan mereka
masing-masing yang berkenaan dengan komunikasi sehari-hari. Beberapa ahli yang
lain mengartikan pesan sebagai suatu kumpulan pola-pola, isyarat serta
simbol-simbol yang di dalamnya mengandung makna untuk dipahami.
Kata Qolbiyah, Jasadiyah dan maaliyah merupakan kata-kata
serapan dalam bahasa arab yang memiliki arti hati, badan dan kekayaan. Makhsud
dari masing-masing kata di atas adalah:
a)
Qolbiyah
à
Qalbun à
Hati à
bahwa Allah menganugerahkan hati atau perasaan kepada manusia agar mereka peka
terhadap apa yang terjadi di dunia ini.
b)
Jasadiyah
à
Jasad à
Tubuh atau badan
c)
Maaliyah
à
Maal à
Harta atau kekayaan à
bahwa Allah telah memberikan segala nikmat berupa kekayaan agar manusia dapat
memanfaatkan dan mengelola untuk beribadah kepada-Nya dan kelangsungan hidup di
dunia ini.
a.
Al-anfal ayat-2
$yJ¯RÎ) cqãZÏB÷sßJø9$# tûïÏ%©!$# #sÎ) tÏ.è ª!$# ôMn=Å_ur öNåkæ5qè=è% #sÎ)ur ôMuÎ=è? öNÍkön=tã ¼çmçG»t#uä öNåkøEy#y $YZ»yJÎ) 4n?tãur óOÎgÎn/u tbqè=©.uqtGt ÇËÈ
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman[3]ialah
mereka yang bila disebut nama Allah [4]gemetarlah
hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka
(karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal”.
Kesinambungan antara ayat dua dengan ayat sebelumnya terletak pada
penjelasan tentang Ghonimah dalam perang badar[5],
dalam ayat pertama dijelaskan tentang beberapa hal yang berkaitan dengan
perang, lalu dalam ayat kedua disempurnakan lagi bahwa keimanan dalam hati
merupakan acuan terpenting, terutama yang berhubungan dengan tujuan perang
dalam islam, yakni tidak semata-mata untuk mencari kekayaan[6]
dari harta rampasan serta tawanan perang, namun untuk tujuan suci yakni
memerangi kaum kafir yang selalu memberontak islam. Kalau tidak demikian,
tentulah mereka pergi berperang hanya karena mengharapkan keuntungan harta
rampasan, sehingga makhsud tujuan suci telah hilang, dan tujuan yang kedua
mereka jadikan jadikan yang pertama, yaitu mencari kekayaan.[7]
Pada akhir ayat satu berisi tentang perintah agar para pejuang
perang badar selalu taat kepada Allah dan Rasulnya, dan jika mereka benar-benar
mukmin maka tentulah mereka melaksanakan perintah itu.
Dalam ayat kedua Allah swt
menjelaskan bahwa sebagian sifat dari orang-orang mukmin yaitu : oramg-orang
yang mantap imannya dan kukuh lagi sempurna keyakinannya hanyalah mereka yang
membuktikan pengakuan iman mereka dengan perbuatan, sehingga antara lain jika
disebut asma Allah sekedar mendengar nama itu, gentar hati mereka, karena
mereka sadar akan kekuasaan dan keindahan serta keagungan-Nya, ayat-ayat Allah
menambah iman mereka karena memang mereka telah mengimaninya sebelum dibacakan,
sehingga setiap ia mendengarnya, kembali terbuka lebih luas wawasan mereka dan
terpancar lebih banyak cahaya ke hati mereka dan kepercayaan itu menghasilkan
rasa tenang menghadapi segala sesuatu sehingga hasilnya adalah “ dan kepada
Tuhan mereka saja mereka berserah diri”. [8].
Ayat di atas berhubungan dengan firman Allah “orang-orang
yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah,
hanya dengan mengingat Allah-lah hati mereka menjadi tenteram ( ar-ra’d :
28)”. Ayat kedua surat Al-anfal melukiskan tahap pertama dari gejolak hati
orang-orang mukmin yang ketika itu merasa sangat takut karena membayangkan
ancaman dan siksa Allah. Sedangkan ayat
Ar-ra’d menggambarkan gejolak hati mereka setelah itu, yakni ketika mereka
mengingat rahmat dan kasih sayang Allah. Kedua kondisi psikologis ini diperkuat
lagi dengan firman Allah dalam surat
Az-zumar : 23 “Allah telah menurunkan Perkataan yang paling baik
(yaitu) Al Quran yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang, [9]gemetar
karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang
kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah”.
Allah menjelaskan bahwa orang-orang mukmin adalah mereka yang
menghiasi dirinya dengan sifat-sifat seperti tersebut dalam ayat ini yaitu
apabila disebutkan nama Allah maka bergetarlah hatinya.
Pada saat itu timbul dalam jiwanya perasaan penuh haru mengingat
besarnya nikmat dan karunia-Nya. Mereka merasa takut apabila mereka tidak
memenuhi tugas kewajiban sebagai hamba Allah, dan merasa berdosa apabila
melanggar larangan-larangan-Nya.
Bergetarnya hati sebagai perumpamaan rasa takut, adalah sikap
mental yang bersifat abstrak, yang hanya dapat dirasakan oleh yang bersangkutan
dan hanya Allah sendiri yang mengetahuinya. Sedang orang lain dapat mengetahui
dengan memperhatikan tanda-tanda lahiriyah yang terlukis dalam gerak-gerik
perbuatanyya.
Sikap mental itu adakalanya tampak dalam perkataan, sebagaimana
tergambar dalam firman Allah surat Al-mukminun : 60
tûïÏ%©!$#ur tbqè?÷sã !$tB (#qs?#uä öNåkæ5qè=è%¨r î's#Å_ur öNåk¨Xr& 4n<Î) öNÍkÍh5u tbqãèÅ_ºu ÇÏÉÈ
“Dan orang-orang yang memberikan apa yang
telah mereka berikan, dengan hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa)
Sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhan mereka”.[10]
Apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, bertambahlah bagi
mereka keimanan
Karena ayat-ayat Allah mengandung dalil-dalil yang kuat
yang mempengaruhi jiwanya, sehingga mereka bertambah yakin dan mantap serta
dapat memahami kandungan isinya, serta anggota badannya tergerak untuk
melaksanakannya.
Dalam ayat ini terdapat petunjuk bahwa iman seseorang
dapat bertambah dan dapat berkurang sesuai dengan ilmu dan amalnya. Rasulullah
bersabda :
الايمان بضع وسبعون شعبه, اعلاهاشهادةان لااله الاالله واد
ناهااماطةالاوذى عن الطريق (رواه البخاري ومسلم عن ابي هريره)
“iman itu lebih dari 70 cabang, yang tertinggi
adalah pengakuan bahwa tiada Tuhan selain Allah, dan yang terendah adalah
menyingkirkangangguan dari jalan”. ( HR. Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah)
Dengan demikian bertambahnya iman pada seseorang dapat
diketahui apabila ia giat beramal, iman dan amal merupakan satu kesatuan yang
bulat dan tidak bisa dipisahkan.[11]
……Kepada Tuhanlah mereka bertawakkal
Hanya kepada Allah saja mereka bertawakkal, sebagaimana
ditunjuki oleh bentuk kalimatnya. Mereka tidak mempersekutukan–Nya dengan
seorangpun untuk mereka mintai pertolongan dan bertawakkal. Atau, sebagaimana
ulasan imam ibnu katsir di dalam tafsirnya, “ yakni, mereka tidak berharap
kepada selain-Nya, tidak mengarahkan permintaan kecuali kepada-Nya, tidak
berlindung kecuali kepada perlindungan-Nya, tidak meminta pemenuhan kebutuhan
kecuali kepada-Nya, dan tidak menadahkan harapan kecuali kepada-Nya”.
Inilah kemurnian kepercayaan terhadap keesaan Allah, ketulusan
ibadah kepada-Nya, tanpa selain-Nya. Maka, tidak mungkin berkumpul dalam hati
seseorang tentang sikap mentauhidkan Allah dan bertawakkal selain pada Allah.
b.
Al-anfal ayat 3
úïÏ%©!$# cqßJÉ)ã no4qn=¢Á9$# $£JÏBur öNßg»uZø%yu tbqà)ÏÿZã ÇÌÈ
“(yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat
dan yang menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka”.
Di sini kita melihat bahwa iman itu memiliki bentuk
gerakan lahiriyah sesudah kita melihatnya dalam sifat-sifatnya terdahulu
sebagai perasaan hati dan batin. Hal itu
karena iman merupakan keyakinan yang tertanam dalam hti dan dibuktikan
dengan perbuatan.
Mendirikan sholat bukan sekedar menegerjakan shalat, namun
dengan merealisasikan hakikatnya yaitu penuanaian yang sempurna dan sesuai
dengan posisi seorang hamba yang mengabdikan diri kepada al-Ma’bud (Tuhan yang disembah). Jadi bukan sekedar
membaca, berdiri, ruku’ dan sujud, sedang hatinya lalai. Shalat dalam wujudnya
yang sempurna menjadi bukti riil adanya iman.
Kata menafkahkan berarti mengeluarkan rezeki (apa yang dimiliki)
dengan tulus setiap saat dan secara berkesinambungan yang wajib atau yang
sunnah.
Yang dimakhsud rezeki adalah
segala sesuatu yang dapat dimanfaatkan. Ayat ini mengisyaratkan bahwa mukmin sejati
adalah yang bekerja dan berkarya, mengembangkan potensi yang dimilikinya sebaik
mungkin sehingga dapat memperoleh hasil yang melebihi kebutuhan jangka pendek
dan jangka panjang serta dapat membantu orang lain
Itulah sifat-sifat iman yang ditetapkan Allah dalam ayat-ayat ini,
yaitu meliputi keyakinan terhadap keesaan Allah, kepatuhan perasaan untuk
mengingat Allah, kesan hati terhadap ayat-ayat-Nya, bertawakkal terhadap Allah,
mendirikan shalat karena Allah dan menginfakkan sebagian dari rizki yang diberikan
oleh Allah.[12]
Dalam tafsir depertemen agama diterangkan bahwa Allah menjelaskan
sifat-sifat lahiriyah orang-orang mukmin sebagai kelanjutan sifat-sifat yang
telah lalu, meliputi:
a)
Selalu
mendirika shalat lima waktu dengan sempurna syarat dan rukun-rukunnya, tepat
waktunya sedang jiwanya khusyu’mengikuti gerak lahiriyahnya dan tunduk
semata-mata kepada Allah.
b)
Menginfakkan
sebagian harta yang diberikan kepadanya. Yang dimakhsud dengan membelanjakan
harta dalam ayat ini adalah meliputi pengeluaran zakat, memberi nafkah kepada
keluarga dekat ataupun jauh, atau membantu kegiatan sosial dan kepentingan
agama, serta kemaslahatan umat.
c)
Al-anfal ayat-4
y7Í´¯»s9'ré& ãNèd tbqãZÏB÷sßJø9$# $y)ym 4 öNçl°; ìM»y_uy yYÏã óOÎgÎn/u ×otÏÿøótBur ×-øÍur ÒOÌ2 ÇÍÈ
“Mereka itulah orang-orang yang beriman dengan
sebenar-benarnya. mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi
Tuhannya dan ampunan serta rezki (nikmat) yang mulia”.
Setelah ayat-ayat yang lalu melukiskan contoh kegiatan dan amal
mereka yang berkaitan dengan hati, anggota tubuh dan harta, maka ayat ini
menunjuk kedudukan tertinggi mereka di sisi Allah swt. Dengan menyetakan “ itulah
mereka orang-orang mukmin yang haq” yakni yang sempurna lagi mantap
imannya. Bagi mereka derajat-derajat yang tinggi di sisi Tuhan mereka adalah
surga dan ampunan atas kesalahan-kesalahan mereka serta rezeki yang mulia yakni
banyak, halal serta memuaskan di dunia
dan di akhirat.
Allah menegaskan bahwa orang-orang yang menghiasi dirinya
dengan sifat-sifat tersebut adalah orang-orang mukmin sejati. Ibnu Hazm
menjelaskan bahwa sifat-sifat ini adalah sifat-sifat yang dapat diketahui orang
lain dari dirinya, maka apabila seseorang mengetahui bahwa dirinya telah
beriman kepada Allah dan Rasul-Nya maka ia harus mengikrarkan semua
pengakuannya dengan lisan lalu direalisasikan dalam perbuatan.
Di akhir ayat Allah menjelaskan imbalan yang akan diterima
oleh orang-orang mukmin yang benar-benar beriman dan menghiasi dirinya dengan
sifat-sifat yang telah disebutkan, yaitu mereka akan memperoleh derajat yang
tinggi dan kedudukan yang mulia dari Allah. Derajat yang tinggi itu dapat
berupa keutamaan hidup di dunia maupun keutamaan hidup di akhirat. [13]Firman
Allah dalam surat At-taubah ayat :20
tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#rãy_$ydur (#rßyg»y_ur Îû È@Î6y «!$# ôMÏlÎ;ºuqøBr'Î/ öNÍkŦàÿRr&ur ãNsàôãr& ºpy_uy yYÏã «!$# 4 y7Í´¯»s9'ré&ur ç/èf tbrâͬ!$xÿø9$# ÇËÉÈ
“Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta
berjihad di jalan Allah dengan harta, benda dan diri mereka, adalah lebih
Tinggi derajatnya di sisi Allah; dan Itulah orang-orang yang mendapat kemenangan”.
BAB III
PENUTUP
1.
Kesimpulan
tA$s%ur óOßgs9 óOßgÎ;tR ¨bÎ) ©!$# ôs% y]yèt/ öNà6s9 Vqä9$sÛ %Z3Î=tB 4 (#þqä9$s% 4¯Tr& ãbqä3t ã&s! Ûù=ßJø9$# $uZøn=tã ß`øtwUur ,ymr& Å7ù=ßJø9$$Î/ çm÷ZÏB öNs9ur |N÷sã Zpyèy ÆÏiB ÉA$yJø9$# 4 tA$s% ¨bÎ) ©!$# çm8xÿsÜô¹$# öNà6øn=tæ ¼çny#yur ZpsÜó¡o0 Îû ÉOù=Ïèø9$# ÉOó¡Éfø9$#ur ( ª!$#ur ÎA÷sã ¼çmx6ù=ãB ÆtB âä!$t±o 4 ª!$#ur ììźur ÒOÎ=tæ ÇËÍÐÈ
“Nabi mereka mengatakan kepada
mereka: "Sesungguhnya Allah telah mengangkat Thalut menjadi rajamu."
mereka menjawab: "Bagaimana Thalut memerintah Kami, Padahal Kami lebih
berhak mengendalikan pemerintahan daripadanya, sedang diapun tidak diberi
kekayaan yang cukup banyak?" Nabi (mereka) berkata: "Sesungguhnya
Allah telah memilih rajamu dan menganugerahinya ilmu yang Luas dan tubuh yang
perkasa." Allah memberikan pemerintahan kepada siapa yang dikehendaki-Nya.
dan Allah Maha Luas pemberian-Nya lagi Maha mengetahui”.
Dari Ayat diatas dapat dipahami bahwa, kepemimpinan
bukanlah ditentukan atas dasar keturunan, namun atas dasar kesiapan,
pengetahuan serta kesehatan jasmani berupa kekuatan atau sikap tidak lemah
serta dengan semangat memimpin yang baik, bahkan di sini diisyaratkan bahwa
kekuasaan yang direstui Allah adalah adanya hubungan yang baik antara penguasa
danAllah Swt.
$yJ¯RÎ) cqãZÏB÷sßJø9$# tûïÏ%©!$# #sÎ) tÏ.è ª!$# ôMn=Å_ur öNåkæ5qè=è% #sÎ)ur ôMuÎ=è? öNÍkön=tã ¼çmçG»t#uä öNåkøEy#y $YZ»yJÎ) 4n?tãur óOÎgÎn/u tbqè=©.uqtGt ÇËÈ úïÏ%©!$# cqßJÉ)ã no4qn=¢Á9$# $£JÏBur öNßg»uZø%yu tbqà)ÏÿZã ÇÌÈ y7Í´¯»s9'ré& ãNèd tbqãZÏB÷sßJø9$# $y)ym 4 öNçl°; ìM»y_uy yYÏã óOÎgÎn/u ×otÏÿøótBur ×-øÍur ÒOÌ2 ÇÍÈ
2. Sesungguhnya orang-orang yang beriman[594]
ialah mereka yang bila disebut nama Allah[595] gemetarlah hati mereka, dan
apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya
kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.
3. (yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan
sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka.
4. Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. mereka
akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan serta
rezki (nikmat) yang mulia.
Integrasi merupakan penggabungan, penyatuan maupun
pemaduan beberapa hal menjadi satu agar menjadi satu kesatuan yang utuh dan
saling melengkapi. Sedangkan kata pesan menurut beberapa ahli komunikasi
seperti Lasswell, Barlo, schramm mendifinisikan pesan sesuai dengan pengetahuan
mereka masing-masing yang berkenaan dengan komunikasi sehari-hari. Beberapa
ahli yang lain mengartikan pesan sebagai suatu kumpulan pola-pola, isyarat
serta simbol-simbol yang di dalamnya mengandung makna untuk dipahami.
Kata Qolbiyah, Jasadiyah dan maaliyah merupakan kata-kata
serapan dalam bahasa arab yang memiliki arti hati, badan dan kekayaan. Makhsud
dari masing-masing kata di atas adalah:
a)
Qolbiyah
à
Qalbun à
Hati à
bahwa Allah menganugerahkan hati atau perasaan kepada manusia agar mereka peka
terhadap apa yang terjadi di dunia ini.
b)
Jasadiyah
à
Jasad à
Tubuh atau badan
c)
Maaliyah
à Maal
à
Harta atau kekayaan à
bahwa Allah telah memberikan segala nikmat berupa kekayaan agar manusia dapat
memanfaatkan dan mengelola untuk beribadah kepada-Nya dan kelangsungan hidup di
dunia ini.
[1]
Kementrian agama
[3] Maksudnya:
orang yang sempurna imannya
[4] Dimaksud
dengan disebut nama Allah Ialah: menyebut sifat-sifat yang mengagungkan dan
memuliakannya.
[5]
menurut riwayat Abu Ishaq, Rasulullah keluar bersama 314 orang sahabatnya pada
suatu malam di bulan Ramadhan dengan membawa 70 ekor unta. Setiap unta
ditunggangi secara bergantian oleh dua atau tiga orang. Kaum muslimin tidak
mengetahui keberangkatan bala bantuan Quraisy yang keluar dari Mekah dengan
tujuan perang. Pada saat itu, Abu Sofyan berhasil lolos menyusuri mata air
Badar dengan melewati jalanan panjang menuju Makkah.
[6] Kemenangan,
mendapat ghonimah atau harta rampasan seperti alat perang, pembekalan musuh
serta tawanan perang
[7] tafsir
[8] Al-Misbah hal
375
[9] Maksud
berulang-ulang di sini ialah hukum-hukum, pelajaran dan kisah-kisah itu
diulang-ulang menyebutnya dalam Al Quran supaya lebih kuat pengaruhnya dan
lebih meresap. sebahagian ahli tafsir mengatakan bahwa Maksudnya itu ialah
bahwa ayat-ayat Al Quran itu diulang-ulang membacanya seperti tersebut dalam
mukaddimah surat Al Faatihah.
[10] Maksudnya:
karena tahu bahwa mereka akan kembali kepada Tuhan untuk dihisab, Maka mereka
khawatir kalau-kalau pemberian-pemberian (sedekah-sedekah) yang mereka berikan,
dan amal ibadah yang mereka kerjakan itu tidak diterima tuhan.
[12] Tafsir fi
dzilalil Qur’an
[13] Kementrian
agama
Tidak ada komentar:
Posting Komentar