SELAMAT DATANG DI BLOG B3 Baiti Bbytieh Blog

Rabu, 29 April 2015

“365x20=5475”



(Thank you)

“Ingatlah jasa orang sekecil apapun
Dan lupakanlah kesalahan orang sebesar apapun”
            Lantai bercak di setiap sisi,  sepatu berbulir penuh air, langkah kaki ceplak-ceplak menahan licin keramik putih.
            Bajuku memal karena hujan, payungku basah karena tetasanya. Aku berlalu setengah berlari menuju kelasku, masih seperti biasanya suasana kelas di lorong lantai dua sunyi tanpa suara, hanya desas-desus dingin mengiringi rintihan langit siang ini.
            Dari kaca pudar penutup ruangan, kutelisik agak jauh, memandang siapa saja yang ada di sana, temanku si Zein menggoda, bisiknya tak terdengar namun komat-kamitnya dapat kubaca, dari bibirnya tertulis huruf tanpa rupa “SUJUD SYUKUR”.
            Mataku tertarik bersam alisku, “woo, oyaa??, sujud syukur lagi?”. Pikirku
Tanganku meraih gagang pintu. Dua orang laki-laki berhadapan muka berjarak batas meja. Satu dari mereka adalah temanku, kakak angkatan satu jurusan.
            Mukanya lesu, aku bingung “sedang apa ia?, apakah sedang konsultasi?”.
“Itu lo, Prof Ali telvon ibunya!”.  Nitra menjawab pertanyaanku. “Ooooo”, mulutku terbuka lebar. Tanganku sibuk mengikat tali payung bertulis kompas.
            Aku mengawasi meja depan kelas, tiga buku bertumpuk agak berantakan, satu buku teratas berjudul “TERIMA KASIH”, dua buku lainnya agak kabur apa namanya
            Sebuah ponsel menempel renggang pada kening dosen paruh baya itu. lagi-lagi mas miftah, kakak angkatanku itu menundukkan kepala. Suara samar dalam televon terdengar minta maaf, “tak jelas” kataku.
            Aku mengira suara itu adah suara klien Prof Ali atau rekan kerja bahkan dosen yang akan beliau undang untuk mengisi kuliah retorika selasa ini.
            Payung kuletakkan, airnya mengalir mengikuti garis-garis ubin, kulepas alas kaki bernama sandal lalu mengelap butir-butir kerikil kecil dengan kain kaos kaki. sepatu selop dengan tinggi lima senti ku bungkus dlam plastic putih agar tak basah.
            “Siapa yang tak kenal gang dosen??, jalan kecil penghubung rumah warga dan kampus belakang itu selalu meluap bak saluran irigasi. Setiap hujan, siapa yang tidak akan mengangkat rok atau celana demi menyelamatkan anggota jalan??”. Celotehku dalam hati.
            Aku, Galih, Radega, Khilmi, Nafisa, zein, choelidah dan Mahabbah, peserta kelas yang sudah hadir.
            “amati saya, jangan bernafas”.
            Haap, haap, haap,,,tanpa bernafaas??. Serentak mahasiswa menjawab pernyataan Prof Ali.
            Banyak sekali hal yang bisa ditulis, anda bisa menyisipkan “saya senang sekali berada dikelas sebersih ini, tepat dengan ungkapan Annadhofatu minal iiman, lihatlah papannya putih terhapus, temboknya bersih.luar biasa ”, ia memberi contoh mengeluarkan inpirasi.
            Di belakang meja dosen, ia menebar buku-bukunya, absen dalam genggaman ia lipat menghadap pena papan tulis. Tangan kirinya ia taruh di atas buku lalu membuka salah satu.
            Sebuah buku yang di tulis John Kralik, 365 Thank yous: The Year The Simple Act Of Daily Gratitude Changed My Life. Kakinya bertumpu salah satu, tangannya mulai mencoret menulis kata JOHN KRALIK three six five (365), ia mengeja kata perkata bahasa asing itu.
            Dengan penuh perasaan, ia berjalan lima langkah ke depan, bibirnya tersenyum, punggungnya naik turun dengan dengn sebuah buku yang ia dekap dengan lengannya.
            Seluruh peserta kelas, laki-laki perempuan. Mengapit bolpoin di antara jari-jari mereka, begitupun aku, tangan menulis mata melihat gerak-gerik dosen tinggi itu. ia berjalan menuju Fajria, “judulnya apa ini faj?”. Dengan suara pelan dan malu-malu ia memjawab dengan terbata “e,, e,, e, thaaank”. Tampaknya ia gugup sekali.

            Matanya melihat catalog yang dibuka oleh Prof, “dia tegang”.kataku. “thank yous bla, bla, bla”. Hahaha, jawabannya disamut gelak tawa seluruh peserta. Kurasa kelasku adalah kelas yang solid, “kemarin, saya ketemu sama prof lalu beliau tanya, apa kendala yang dialami teman-teman di kelas?, yaa saya jawab, “Semuanya mengalami peningkatan pak, tapi ada beberapa yang selalu malu dan kurang PD ketika tampil di depan kelas.” “saling kerja sama lah, jika satu di depan semua juga harus sama, jangan sampai ada yang tertinggal”. Solusi Prof Ali tiga minggu yang lalu pada Bigboss
            Aku ingat betul kata-kata itu, dosen barkumis tipis itu memang sangat perhatian dan berwibawa, pantaslah, jika jalan dan pertanyaannya membuat temanku fajriah mengalami lion style (red. terbata-bata). Akupun mungkin demikian “hahaha”.
            Di luar masih hujan, pelataran gedung dakwah penuh air menjadi genangan. empat mahasiswa tergesa-gesa memarkir motor di bawah pohon. Batang asap yang mengapit di antara jari-jari menjadi barang untuk berbagi. “Syam sak sedotan”. Kata laki-laki jangkung berbaju ala pak Jokowi. “rokook, biar tak asam”. Katanya
            Ia mengaca di sepion, mengusap rambutnya yang acak-acakan. Lalu esekali masih saling mencicipi rokok di natara keempatnya. “merekalah pecinta tembakau linting”.
            Katanya tadi tergesa-gesa, sempat-sempatnya masih bersabar menunggu bara menjalar sampai putung. Mereka bergegas masuk kelas, menaiki tangga dan bertemu Fathur, teman mereka. “ayo rek, kari”. Teriak salah satunya.
            Di dalam kelas, Prof Ali sibuk menerangkan, berjalan menuju papan lalu menulis diatasnya, ia juga memperagakan gaya membaca dan berkata “Tuulis terus jangan berhenti”.
            “Kreek, Assalamualaikum”, pintu terbuka dengan paksa. Laki-laki berkemeja biru masuk dengan wajah segar. Matanya mengamati, pantovelnya basah tanpa kaos kaki. wajah-wajah dalam kelas meringis karena geli. “Sujuuud, sujuud”. Ya benar saja, “Rukuk dulu baru sujud masing-masing 250x”. prof Ali menambahi
            Lima temanku menerima penghargaan, rukuk, ditambah sujud menjadi hadiah bagi siapa saja yang telat “telat kok sampai setengah jam”, kataku. Jam satu kurang seperempat, jarum arlojiku berhenti pada angka itu.

            Kelas kembali aktif, mereka yang di depan dengan khusyuk mengucap bait-bait sasbih, masih dengan sepatu menurunkan kepala setara dengan pinggang, rata.
            Syamsu yang duduk di sampingku tertawa meledek mereka, “Buuuk”, Lagi-lagi tumpukan bukunya jatuh karena didorongnya “Dasar Syamsu, memang begitu”.
            John Khalik mengucapkan terimakasih kepada seseorang, ia mengirim sebuah pesan, “Dokter, Terimakasih atas kesabaran anda. Andaikan anda tidak menangani penyakit saya maka saya tidak akan bisa menulis kata terima kasih setiap hari”.
            Siapapun orangnya, pasti bahagia menerima ucapan terima kasih. Tak ada hadiah terindah selalin ucapan itu. “Thank you”., sebuah kata sederhana yang sangat berharga.
            “Tn John, sepanjang karir saya, baru kali ini ada pasien yang mengirim ungkapan syukur atas jasa saya. Anda luar biasa”. Itulah balasan E-mail yang dikirim oleh Dokter kepada pasiennya.
            “Senyum manusia senyum Tuhan”. Prof Ali mengatakan dengan lantang, tangannya ia masukkan dalam saku pantalonnya. Senyumnya yang Khas menyiratkan informasi yang sangat luar biasa, semua yang mendengar akan tenang terbawa arus kewibawaannya.
            “Galih, katanya kemarin kamu sakit”, ia tiba-tiba bertanya pada teman perempuanku. “Iya Prof sakit lambung”, “sudah berobat?, di kasih obat apa?”, “sudah Prof, di kasih Mylanta”. Professor itu mengangguk-anggukkan kepala, “Penyakit lambung itu di derita oleh sebagian besar orangdi dunia, dan anehnya penyakit ini tidak bisa disembuhkan, tetapi bisa dicegah”.

            Para pelaku sujud di depan kelas, bangkit satu persatu. Handika berdiri lebih awal, di susul Hisyam yang menyandung kaki faizin hingga ia ikut bangun. Fathur dan mas Ilham, kakak angkatanku masih khusyuk memutar garis jari mereka. “Alhamdulillah”, fathur menengadahkan tangan lalu mengusap mukanya. Mata mereka merah namun cerah.
            Mungkin mereka merasa pusing, kulihat Mas ilham yang bangun terakhir itu agak sempyongan ketika berdiri. “Biasalah, Ngaget”, kataku
            “Sudah Thur? tanya prof Ali mewakili pertanyaannya pada teman-temanku. “Sampun Prof, terimakasih”. Jawab salah satunya.
            “Anda lagi Stress pak, bertahun-tahun saya menangani cabut gigi. Dan darah seperti ini adalah darah yang keluar ketika pasien tidak rilex”. Pro Ali menceritakan pengalamannya tadi pagi ketika beliau merasa giginya sakit dan beliau memutuskan untuk mencabutnya. “saya bingung, akhirnya saya membayangkan. Allah mengirimkan seseorang bersuara merdu untuk membacakan ayat suci ketika itu”.
            “Apa Kata dokter gigi tadi pagi Nah ini baru darah orang bahagia pak.’ Satu kesedihan mempengaruhi darah anda”. Ungkap Prof Ali menambahi.
            Ul, Dokter yang di kirim pesan oleh John tadi senang nggak?”, pertanyaan Prof membangunkan kantuk Ulvi. “Ya Proff”, jawabnya singkat.
            Pada saat itu Allah berkata pada malaikat Mikail: “Pintu-pintu channel yang masih tertutup, buka semua. Bagikan kepada mereka, karena mereka membahagiakan orang lain”.
            Amin Ya Rabb.  Alangkah beruntungnya orang-orang yang selalu menyenangkan hati orang lain. Syamsu bertutur dengan logat Maduranya
            Kelas riuh dengan tawa, lampu terang karena menyala, seluruh penguninya ceria karena semangatnya. Choliedah mengucek mata karena gatal, tas di pangkuan ia letakkan pada papan sandaran meja kayu. Ujung bajunya ia tarik ke bawah lalu berdiri “Prof, mohon izin ke belakang”.
            Dosen yang juga penulis buku itu memutar badan untuk menulis, sambil berkata ia menggores spidol dengan angka 2. Pada angka pertama tertulis DOKTER. Poin 2 ia tulis TEMAN lalu kembali menerangkan.
            “Pada suatu hari, John mengikuti lomba lari dengan temannya, kepadanya ia bercerita banyak hal. Sepuluh meter dari garis star, temannya menunjuk ke rah yang tak begitu jauh, mengarahkan John untuk melihat sosok laki-laki yang berjalan menuju mobil di depan gedung, temannya berkata, “itulah Pak Gubernur. John yang baru sekali itu melihat Gubernur terkaget dan melongo. “Oo ituu”
            Selama lomba, John tergagum-kagum sendiri. Ia telah berpisah dengan temannya karena usai. Sesampainya di rumah, ia buka laptop warna merah lalu menulis sesuatu di E-mailnya, “Teman, terimakasih kau telah menemaniku untuk lari, dan hari itu kau telah menunjukkan kepadaku, siapa itu Gubernur. Aku sangat bahagia”. Tombol send ia klik dengan mousenya.
            Inilah sikap Grattitude, yaitu ungkapan terimakasih atau menhargai orang lain dan Allah memiliki sifat ini. Prof Ali menghentikan kisah john lalu menulis sesuatu di papan dengan spidol berbeda.
            “365x20=5475”
            Tulisan yang ditulis, setelah Prof menanyakan berapa usia bigboss Trisno. “jika usia kamu 20 tahun Tris dan itu dikalikan dengan jumlah hari yang telah kamu habiskan,maka setidaknya kamu bisa menulis ucapan terimakasih sebanyak 5475 kali”. “Waaaaaaw”. Suara teman-temanku memecah suasana.
            “Jika kalian semua sudah mengirim 5475 terimakasih maka kalian akan lebih sukses dari John”. Tangannya mengepal, ia memukulkannya pada telapak tangan.
            Hidupmu tidak lambat, yang lambat adalah perubahannya”. Katanya, dengan menutup mulut membentuk garis tanpa lubang.
            “John itu luar biasa sekali, anda tahu? buku karangannya adalah aplikasi dari ayat Allah surat
            “Thur-thur, tolong tuliskan di papan”, prof meminta Fathur untuk menulis ayat Al-Qur’an di papan melamin, tangannya menggesek ponsel lalu menulis lam alif nun la_inI. Bajunya kusut di bagian belakang. Agak lama ia berdiri, kurang lebih 20 detik dan hanya bisa menulis itu.  Ia berbalik tubuh lalu berkata “Tidak ketemu ayatnya Prof”
            “Hahahaha”, semua tertawa, begitu juga prof Ali
“Ini ayatnya surat Ibrahim ayat 7”. Kata Proff  
"Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih".
            Kakinya setapak demi setapak mendekat ke depan Radega, ia berucap “if you always say THANK YOU, I (Allah) will change your life”. Inilah penjelasan detail tentang ayat ini dengan karya John Krelik.
            “Allah ya Rabb”. Password kelas retorika semester enam dialunkan bersam-sama.
            Tanganku merenggang menghilangkan lelah. “Istirahat prof, istirahat…..”, teriak salah satu temanku. Aku memutar kepala lalu menegakkan badan. Di bangku sebelahku, ku toleh mas Farid tanpa semangat, wajahnya masih lesu seperti awal masuk. Kaca matanya miring tak seimbang, buku hijau tebalnya ia beri tanda dengan pena. Kakinya mengentak-hentak tabrak kanan tabrak kiri.
            “,,,Prof foto dulu prof, buat dokumen”. Aku meminta dan akhirnya satu persatu teman-temanku berganti foto dengan Prof, kelas berubah ramai, fotografer amatir lalu lalang di kelas, aku bahagia. Kelas ini adalah kelas luar biasa. Semua menjadi lebih dekat, tegang berhadapan dengan Prof selama dua semester terahir rasanya terbayar sudah. Jarak muncul dalam pelajaran namun menyatu  mesrah bak anak dan bapaknya setelah usai.
Terimakasihku ucapkan
Pada guruku yang tulus
Ilmu yang berguna selalu dilimpahkan
Untuk bekalku nanti
Setiap hariku dibimbingnya
Agar tumbuhlah bakatku
Kan ku ingat selalu nasehat guruku
Terima kasihku ucapkan


1 komentar:

  1. Subhannallah tulisan yang indah... ada makna kehidupan didalamnya... yakni ucapan terima kasih... alhamdulilah

    BalasHapus