(Thank you)
“Ingatlah
jasa orang sekecil apapun
Dan
lupakanlah kesalahan orang sebesar apapun”
Lantai bercak di setiap sisi, sepatu berbulir penuh air, langkah kaki ceplak-ceplak
menahan licin keramik putih.
Bajuku memal karena hujan, payungku basah karena
tetasanya. Aku berlalu setengah berlari menuju kelasku, masih seperti biasanya
suasana kelas di lorong lantai dua sunyi tanpa suara, hanya desas-desus dingin
mengiringi rintihan langit siang ini.
Dari kaca pudar penutup ruangan, kutelisik agak jauh,
memandang siapa saja yang ada di sana, temanku si Zein menggoda, bisiknya tak
terdengar namun komat-kamitnya dapat kubaca, dari bibirnya tertulis huruf tanpa
rupa “SUJUD SYUKUR”.
Mataku tertarik bersam alisku, “woo, oyaa??, sujud
syukur lagi?”. Pikirku
Tanganku meraih gagang pintu. Dua orang laki-laki berhadapan muka
berjarak batas meja. Satu dari mereka adalah temanku, kakak angkatan satu
jurusan.
Mukanya lesu, aku bingung “sedang apa ia?, apakah
sedang konsultasi?”.
“Itu lo, Prof Ali telvon ibunya!”. Nitra menjawab pertanyaanku.
“Ooooo”, mulutku terbuka lebar. Tanganku sibuk mengikat tali payung bertulis
kompas.
Aku mengawasi meja depan kelas, tiga buku bertumpuk agak
berantakan, satu buku teratas berjudul “TERIMA KASIH”, dua buku lainnya
agak kabur apa namanya
Sebuah ponsel menempel renggang pada kening dosen paruh
baya itu. lagi-lagi mas miftah, kakak angkatanku itu menundukkan kepala. Suara
samar dalam televon terdengar minta maaf, “tak jelas” kataku.
Aku mengira suara itu adah suara klien Prof Ali atau rekan
kerja bahkan dosen yang akan beliau undang untuk mengisi kuliah retorika selasa
ini.
Payung kuletakkan, airnya mengalir mengikuti garis-garis
ubin, kulepas alas kaki bernama sandal lalu mengelap butir-butir kerikil kecil
dengan kain kaos kaki. sepatu selop dengan tinggi lima senti ku bungkus dlam
plastic putih agar tak basah.
“Siapa yang tak kenal gang dosen??, jalan kecil penghubung
rumah warga dan kampus belakang itu selalu meluap bak saluran irigasi. Setiap
hujan, siapa yang tidak akan mengangkat rok atau celana demi menyelamatkan
anggota jalan??”. Celotehku dalam hati.
Aku, Galih, Radega, Khilmi, Nafisa, zein, choelidah dan
Mahabbah, peserta kelas yang sudah hadir.
“amati saya, jangan bernafas”.
Haap, haap, haap,,,tanpa bernafaas??. Serentak mahasiswa menjawab pernyataan Prof Ali.
Banyak sekali hal yang bisa ditulis, anda bisa menyisipkan
“saya senang sekali berada dikelas sebersih ini, tepat dengan ungkapan Annadhofatu
minal iiman, lihatlah papannya putih terhapus, temboknya bersih.luar biasa
”, ia memberi contoh mengeluarkan inpirasi.
Di belakang meja dosen, ia menebar buku-bukunya, absen
dalam genggaman ia lipat menghadap pena papan tulis. Tangan kirinya ia taruh di
atas buku lalu membuka salah satu.
Sebuah buku yang di tulis John Kralik, 365 Thank yous: The
Year The Simple Act Of Daily Gratitude Changed My Life. Kakinya bertumpu salah
satu, tangannya mulai mencoret menulis kata JOHN KRALIK three six five (365),
ia mengeja kata perkata bahasa asing itu.
Dengan penuh perasaan, ia berjalan lima langkah ke depan,
bibirnya tersenyum, punggungnya naik turun dengan dengn sebuah buku yang ia
dekap dengan lengannya.
Seluruh peserta kelas, laki-laki perempuan. Mengapit bolpoin
di antara jari-jari mereka, begitupun aku, tangan menulis mata melihat
gerak-gerik dosen tinggi itu. ia berjalan menuju Fajria, “judulnya apa ini
faj?”. Dengan suara pelan dan malu-malu ia memjawab dengan terbata “e,,
e,, e, thaaank”. Tampaknya ia gugup sekali.
Matanya melihat catalog yang dibuka oleh Prof, “dia
tegang”.kataku. “thank yous bla, bla, bla”. Hahaha, jawabannya disamut
gelak tawa seluruh peserta. Kurasa kelasku adalah kelas yang solid, “kemarin,
saya ketemu sama prof lalu beliau tanya, apa kendala yang dialami teman-teman
di kelas?, yaa saya jawab, “Semuanya mengalami peningkatan pak, tapi ada
beberapa yang selalu malu dan kurang PD ketika tampil di depan kelas.” “saling
kerja sama lah, jika satu di depan semua juga harus sama, jangan sampai ada yang
tertinggal”. Solusi Prof Ali tiga minggu yang lalu pada Bigboss
Aku ingat betul kata-kata itu, dosen barkumis tipis itu
memang sangat perhatian dan berwibawa, pantaslah, jika jalan dan pertanyaannya
membuat temanku fajriah mengalami lion style (red. terbata-bata). Akupun
mungkin demikian “hahaha”.
Di luar masih hujan, pelataran gedung dakwah penuh air
menjadi genangan. empat mahasiswa tergesa-gesa memarkir motor di bawah pohon.
Batang asap yang mengapit di antara jari-jari menjadi barang untuk berbagi. “Syam
sak sedotan”. Kata laki-laki jangkung berbaju ala pak Jokowi. “rokook,
biar tak asam”. Katanya
Ia mengaca di sepion, mengusap rambutnya yang acak-acakan.
Lalu esekali masih saling mencicipi rokok di natara keempatnya. “merekalah
pecinta tembakau linting”.
Katanya tadi tergesa-gesa, sempat-sempatnya masih bersabar
menunggu bara menjalar sampai putung. Mereka bergegas masuk kelas, menaiki
tangga dan bertemu Fathur, teman mereka. “ayo rek, kari”. Teriak salah
satunya.
Di dalam kelas, Prof Ali sibuk menerangkan, berjalan
menuju papan lalu menulis diatasnya, ia juga memperagakan gaya membaca dan
berkata “Tuulis terus jangan berhenti”.
“Kreek, Assalamualaikum”,
pintu terbuka dengan paksa. Laki-laki berkemeja biru masuk dengan wajah segar.
Matanya mengamati, pantovelnya basah tanpa kaos kaki. wajah-wajah dalam kelas
meringis karena geli. “Sujuuud, sujuud”. Ya benar saja, “Rukuk dulu baru
sujud masing-masing 250x”. prof Ali menambahi
Lima temanku menerima penghargaan, rukuk, ditambah sujud
menjadi hadiah bagi siapa saja yang telat “telat kok sampai setengah jam”,
kataku. Jam satu kurang seperempat, jarum arlojiku berhenti pada angka itu.
Kelas kembali
aktif, mereka yang di depan dengan khusyuk mengucap bait-bait sasbih, masih
dengan sepatu menurunkan kepala setara dengan pinggang, rata.
Syamsu yang duduk di sampingku tertawa meledek mereka, “Buuuk”,
Lagi-lagi tumpukan bukunya jatuh karena didorongnya “Dasar Syamsu, memang
begitu”.
John Khalik mengucapkan terimakasih kepada seseorang, ia
mengirim sebuah pesan, “Dokter, Terimakasih atas kesabaran anda. Andaikan
anda tidak menangani penyakit saya maka saya tidak akan bisa menulis kata
terima kasih setiap hari”.
Siapapun orangnya, pasti bahagia menerima ucapan terima
kasih. Tak ada hadiah terindah selalin ucapan itu. “Thank you”., sebuah kata
sederhana yang sangat berharga.
“Tn John, sepanjang karir saya, baru kali ini ada
pasien yang mengirim ungkapan syukur atas jasa saya. Anda luar biasa”.
Itulah balasan E-mail yang dikirim oleh Dokter kepada pasiennya.
“Senyum manusia senyum Tuhan”. Prof Ali mengatakan
dengan lantang, tangannya ia masukkan dalam saku pantalonnya. Senyumnya yang
Khas menyiratkan informasi yang sangat luar biasa, semua yang mendengar akan
tenang terbawa arus kewibawaannya.
“Galih, katanya kemarin kamu sakit”, ia tiba-tiba bertanya
pada teman perempuanku. “Iya Prof sakit lambung”, “sudah berobat?, di kasih
obat apa?”, “sudah Prof, di kasih Mylanta”. Professor itu mengangguk-anggukkan
kepala, “Penyakit lambung itu di derita oleh sebagian besar orangdi dunia,
dan anehnya penyakit ini tidak bisa disembuhkan, tetapi bisa dicegah”.
Para pelaku sujud di depan kelas, bangkit satu persatu.
Handika berdiri lebih awal, di susul Hisyam yang menyandung kaki faizin hingga
ia ikut bangun. Fathur dan mas Ilham, kakak angkatanku masih khusyuk memutar
garis jari mereka. “Alhamdulillah”, fathur menengadahkan tangan lalu
mengusap mukanya. Mata mereka merah namun cerah.
Mungkin mereka merasa pusing, kulihat Mas ilham yang
bangun terakhir itu agak sempyongan ketika berdiri. “Biasalah, Ngaget”,
kataku
“Sudah Thur? tanya prof Ali mewakili pertanyaannya
pada teman-temanku. “Sampun Prof, terimakasih”. Jawab salah satunya.
“Anda lagi Stress pak, bertahun-tahun saya menangani cabut
gigi. Dan darah seperti ini adalah darah yang keluar ketika pasien tidak rilex”. Pro Ali menceritakan pengalamannya tadi pagi ketika beliau merasa
giginya sakit dan beliau memutuskan untuk mencabutnya. “saya bingung,
akhirnya saya membayangkan. Allah mengirimkan seseorang bersuara merdu untuk
membacakan ayat suci ketika itu”.
“Apa Kata dokter gigi tadi pagi Nah ini baru darah orang
bahagia pak.’ Satu kesedihan mempengaruhi darah anda”. Ungkap Prof Ali menambahi.
“Ul, Dokter yang di kirim pesan oleh John tadi senang
nggak?”, pertanyaan Prof membangunkan kantuk Ulvi. “Ya Proff”,
jawabnya singkat.
Pada saat itu Allah berkata pada malaikat Mikail: “Pintu-pintu
channel yang masih tertutup, buka semua. Bagikan kepada mereka, karena mereka
membahagiakan orang lain”.
Amin Ya Rabb.
Alangkah beruntungnya orang-orang yang selalu menyenangkan hati orang
lain. Syamsu bertutur dengan logat Maduranya
Kelas riuh dengan tawa, lampu terang karena menyala,
seluruh penguninya ceria karena semangatnya. Choliedah mengucek mata karena
gatal, tas di pangkuan ia letakkan pada papan sandaran meja kayu. Ujung bajunya
ia tarik ke bawah lalu berdiri “Prof, mohon izin ke belakang”.
Dosen yang juga penulis buku itu memutar badan untuk
menulis, sambil berkata ia menggores spidol dengan angka 2. Pada angka pertama
tertulis DOKTER. Poin 2 ia tulis TEMAN lalu kembali menerangkan.
“Pada suatu hari, John mengikuti lomba lari dengan
temannya, kepadanya ia bercerita banyak hal. Sepuluh meter dari garis star,
temannya menunjuk ke rah yang tak begitu jauh, mengarahkan John untuk melihat
sosok laki-laki yang berjalan menuju mobil di depan gedung, temannya berkata, “itulah
Pak Gubernur. John yang baru sekali itu melihat Gubernur terkaget dan
melongo. “Oo ituu”
Selama lomba, John tergagum-kagum sendiri. Ia telah
berpisah dengan temannya karena usai. Sesampainya di rumah, ia buka laptop
warna merah lalu menulis sesuatu di E-mailnya, “Teman, terimakasih kau telah
menemaniku untuk lari, dan hari itu kau telah menunjukkan kepadaku, siapa itu
Gubernur. Aku sangat bahagia”. Tombol send ia klik dengan mousenya.
Inilah sikap Grattitude, yaitu ungkapan terimakasih atau
menhargai orang lain dan Allah memiliki sifat ini. Prof Ali menghentikan kisah
john lalu menulis sesuatu di papan dengan spidol berbeda.
“365x20=5475”
Tulisan yang ditulis, setelah Prof menanyakan berapa usia
bigboss Trisno. “jika usia kamu 20 tahun Tris dan itu dikalikan dengan
jumlah hari yang telah kamu habiskan,maka setidaknya kamu bisa menulis ucapan
terimakasih sebanyak 5475 kali”. “Waaaaaaw”. Suara teman-temanku memecah
suasana.
“Jika kalian semua sudah mengirim 5475 terimakasih maka
kalian akan lebih sukses dari John”. Tangannya mengepal, ia memukulkannya pada
telapak tangan.
“Hidupmu tidak lambat, yang lambat adalah
perubahannya”. Katanya, dengan menutup mulut membentuk garis tanpa lubang.
“John itu luar biasa sekali, anda tahu? buku karangannya
adalah aplikasi dari ayat Allah surat
“Thur-thur, tolong tuliskan di papan”, prof meminta Fathur
untuk menulis ayat Al-Qur’an di papan melamin, tangannya menggesek ponsel lalu
menulis lam alif nun la_inI. Bajunya kusut di bagian belakang. Agak lama
ia berdiri, kurang lebih 20 detik dan hanya bisa menulis itu. Ia berbalik tubuh lalu berkata “Tidak
ketemu ayatnya Prof”
“Hahahaha”, semua
tertawa, begitu juga prof Ali
“Ini ayatnya surat Ibrahim ayat 7”. Kata Proff
"Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti
Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku),
Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih".
Kakinya setapak demi setapak mendekat ke depan Radega, ia
berucap “if you always say THANK YOU, I (Allah) will change your life”. Inilah
penjelasan detail tentang ayat ini dengan karya John Krelik.
“Allah ya Rabb”. Password kelas retorika semester
enam dialunkan bersam-sama.
Tanganku merenggang menghilangkan lelah. “Istirahat
prof, istirahat…..”, teriak salah satu temanku. Aku memutar kepala lalu
menegakkan badan. Di bangku sebelahku, ku toleh mas Farid tanpa semangat,
wajahnya masih lesu seperti awal masuk. Kaca matanya miring tak seimbang, buku
hijau tebalnya ia beri tanda dengan pena. Kakinya mengentak-hentak tabrak
kanan tabrak kiri.
“,,,Prof foto dulu prof, buat dokumen”. Aku meminta dan akhirnya satu persatu teman-temanku berganti foto
dengan Prof, kelas berubah ramai, fotografer amatir lalu lalang di kelas, aku
bahagia. Kelas ini adalah kelas luar biasa. Semua menjadi lebih dekat, tegang
berhadapan dengan Prof selama dua semester terahir rasanya terbayar sudah.
Jarak muncul dalam pelajaran namun menyatu
mesrah bak anak dan bapaknya setelah usai.
Terimakasihku
ucapkan
Pada guruku
yang tulus
Ilmu yang
berguna selalu dilimpahkan
Untuk bekalku
nanti
Setiap hariku
dibimbingnya
Agar tumbuhlah
bakatku
Kan ku ingat
selalu nasehat guruku
Terima kasihku
ucapkan
Subhannallah tulisan yang indah... ada makna kehidupan didalamnya... yakni ucapan terima kasih... alhamdulilah
BalasHapus