SELAMAT DATANG DI BLOG B3 Baiti Bbytieh Blog

Rabu, 07 Oktober 2015

TALI KENDALI

TALI KENDALI
Oleh: Baiti Rahma
Diambil dari buku karangan Dr. Ibrahim Elfiky
(Memperbaiki Nasib: Terapi Mengendalikan Diri Agar Hidup Terus Lebih Baik)
Lamongan, 03 Oktober 2015

            Suatu hari ada seorang pemuda melangkah dengan penuh cemas. Ia penasaran ingin mengetahui rahasia kebahagiaan yang sejati. Di tengah perjalanannya ia bertemu dengan wanita tua yang memberinya saran agar ia pergi ke sebuah desa kecil di pinggir kota.
            “Datanglah ke sana nak!. Di sana hidup seorang kakek bijak yang dapat menunjukkan kepadamu rahasia kebahagiaan sejati”.
            Tanpa banyak waktu, ia segera Menyeberangi lautan. Ketika sampai, ia bergumam dengan bangga kepada dirinya, “Kini aku akan mengungkap rahasia yang selama ini kucari”.
            Setelah bertanya kepada orang-orang, ia menemukan rumah si kakek bijak. Rumah sederhana dari rotan dengan pagar tanaman di sekitarnya. “Kreeeeek”. Seorang nenek keluar dari balik pintu tua setelah ia mengetuknya.
            “Mari, masuklah. Ada apa gerangan anak muda, sehingga berkenan mampir di gubug ini?”.
            “Aku ingin bertemu dengan kakek bijak nek”.
            “Oh, Tunggulah beberapa saat anakku”.
            Iapun duduk menunggu, sesekali ia memutar arloji kuning emas di lengan kanannya. “Hampir lima jam”. Ia tak kuasa menahan kesabaran, dan beranggapan bahwa tuan rumah memperlakukannya dengan buruk.
            Ketika kesabarannya nyaris putus, datang seorang kakek tua dengan kain sarung tersampir di bahunya. Penampilan yang biasa saja, tak ada yang istimewa. Sosok kakek itu tersenyum dengan bijaksana lalu menawarkan segelas teh kepadanya.
            Si pemuda, dengan hati yang berkecamuk, berkata dalam hati, “Santai sekali, tanpa minta maaf telah mengabaikanku. Padahal aku telah menunggunya hampir lima jam”. Ia berpikir keras untuk menahan emosinya. Sementara si kakek dengan santun kembali menawarkannya segelas teh.
            Dengan ketus ia menjawab, “Ya, aku mau teh!”.
            “Nek, tolong buatkan teh untuk tamu kita!”. Pinta si kakek
            Ketika teh sudah terhidang, si kakek bertanya kepada sang pemuda, “Bolehkan saya menuangkan minuman ini untukmu?”. Sang pemuda mengangguk dengan baik. Ia tersinggung ketika sang kakek terus menuang air teh hingga tumpah ke luar gelas.
            “Apa kakek tidak lihat, gelas ini sudah penuh. Tetapi anda terus mengucurkan air hingga mengotori tempat ini”.
            Mendengar suara keras sang pemuda, si kakek menjawab dengan wajah tetap dihiasi senyuman, “Pulanglahlah nak!. Aku sangat senang kau menunjukkan perhatian, pertemuan kita selesai”.
            Lagi-lagi pemuda itu tak terima. Ia telah jauh-jauh datang dari pulau seberang, menunggunya hingga berjam-jam lalu disambut dengan aliran air teh yang meluber kemana-mana, namun akhirnya disuruh pulang. Ia berkacak pinggang.
            “Dengarlah anakku, kau harus datang lagi dengan gelas yang kosong. Ketika gelas itu dipenuhi oleh teh, ia tidak akan bisa menampung lebih banyak. Jika kau menuangkan air melampaui batasnya maka kau akan kehilangan banyak hal di sekitarmu. Seperti itulah yang terjadi dalam dirimu saat ini nak”.
            Si pemuda masih tak paham, ia menanyakan makhsud perkataan kakek itu.
            “Nak, ketika kau terus marah maka gelasmu dipenuhi oleh amarah. Sementara kau terus mengalirkan amarah dalam gelasmu. Akibatnya kau lebih emosional di luar batas sehingga kau akan mendapat kerugian yang besar”.
            Sang pemuda lalu terdiam. Setelah si kakek mengantarnya sampai pintu ia berujar, “Jika kau ingin bahagia anakku, belajarlah menguasai sikap dan perasaan. Pastikan gelasmu tetap kosong, itulah kunci kebahagiaan sejati”.
            Perasaan manusia terus berubah layaknya cuaca, kadang naik melambung lalu berlanjut turun menukik. Bayangkan saja jika anda tak mampu mengendalikannya. Perasaan ibarat warna-warni pelangi, anda bisa saja memulai hari dengan bahagia, menangis haru, mendendangkan lagu kesukaan lalu keluar rumah dengan pakaian terbaik.
            Namun di tengah perjalanan, tiba-tiba ada mobil melaju dengan kencang lalu menciprati anda dengan air pingggir jalan. Tentu hal ini mengotori baju kerja anda. Kendati demikian anda tidak merasa terganggu dan meneruskan perjalanan.
            Setiba di kantor anda menyapa semua orang dan mendoakan kebahagiaan untuk mereka. Mengapa semua itu bisa terjadi, seolah sebelumnya tidak terjadi hal menyebalkan?. Jawabannya, karena anda memulai hari itu dengan perasaan senang dan bahagia.
            Inilah rumus Isi Gelas, “Penuhi, kosongkan, isi, lalu kosongkan lagi”. Begitu seterusnya berulang-ulang sepanjang hari.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar