HAI: REMAJA
Oleh: Baiti Rahma
Salam…
Golongan
yang penuh ambisi, orang-orang yang memiliki motivasi yang tinggi. Siapa bilang
kamu tidak cukup percaya diri, cobalah bangkit dari dudukmu!, berjalanlah ke
arah kaca . Lihatlah, bukankah itu adalah pantulan dirimu?, wajah elok penuh
pendirian, tampang gagah penuh keberanian.
Tau
usah malu, tak usah takut melulu. Abaikan pandangan sinis teman-temanmu, itu
masalah mereka, terus sibuk mencibirmu bahwa kau tak mampu. Justru jika kau
semakin sendu itulah masalahmu, enggan bangun lalu melangkah maju.
Terus
pandangi garis senyummu, senyum yang seharusnya tetap tersungging, mantap
menatap tanpa ragu. Katakan saja, “Hai diriku, bukankah kita sama-sama dari
rahim ibu?”. Akankah kamu membiarkan mereka terus terbahak menikmati
kelemahanmu?.
Sekarang
waktunya, tunjukkan pada mereka. Bahwa kau bisa, bahwa kau luar biasa. Bahwa
kaulah sang juara. Apakah kau sadar?, kau
telah berolimpiade melawan gesit lari saudara-saudaramu, ketika kalian berebut
lebih dulu sampai ke sel telur ibumu. bukankah itu takdir, bahwa kau menjadi
insan kuat sejak saat itu.
Ingatlah,
terpuruk bukan jalan melampiaskan ketidakberdayaanmu. Tidakkah kau merasakan,
betapa bangganya orang tuamu saat kau memberikan raport SD mu?, apakah mereka pernah marah lalu membentakmu?,
menuntutmu untuk selalu mendapat nilai sepuluh. Tidak kan?. Mereka hanya ingin
kau menjadi putra mereka, menjadi putra ramah dengan tawa bahagia, tanpa beban
ejekan teman-temannya.
Banyak
di antara orang-orang hebat kelas dunia, tanpa tangan tanpa kaki, ia hanya
memiliki dua ruas jari di pangkal pahanya. Bayangkan, betapa susahnya menerima
keadaan dirinya. Ia bernama Nick Vujicic, seorang pria yang terlahir dengan
cacat Tetra Amelia. Ia sempat putus asa dengan menenggelamkan tubuhnya di bak
mandi, namun setelah itu ia tersadar dan mulai keluar dari niat tak warasnya.
Ia berkata, “Apakah hidupku akan selesai dengan sia-sia?”.
Nah,
itu kisah dari orang hebat yang tak sempurna fisiknya, bagaimana denganmu?,
dengan kita?, yang Alhamdulillah terlahir dengan organ utuh. Dengan tangan yang
mampu menggapai, dengan kaki yang bisa melangkah, tentunya dengan otak yang
mampu berfikir. Masalahnya ada pada, bagaimana kita mengelola keinginan dan
kemauan, selalu memotivasi diri dengan semangat yang berkobar, yang tak begitu
saja kendur dengan satu dua ucapan tak penting dari mereka.
Tugas
kita adalah menjadi diri sendiri dan terus melakukan perbaikan secara bertahap.
Selamat,
semangat dan congratulation!.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar