TALI KENDALI
Oleh: Baiti Rahma
Diambil dari buku karangan Dr. Ibrahim Elfiky
(Memperbaiki Nasib: Terapi Mengendalikan Diri Agar Hidup Terus
Lebih Baik)
Lamongan, 03 Oktober 2015
Suatu hari ada seorang pemuda melangkah dengan penuh
cemas. Ia penasaran ingin mengetahui rahasia kebahagiaan yang sejati. Di tengah
perjalanannya ia bertemu dengan wanita tua yang memberinya saran agar ia pergi
ke sebuah desa kecil di pinggir kota.
“Datanglah ke sana nak!. Di sana hidup seorang kakek
bijak yang dapat menunjukkan kepadamu rahasia kebahagiaan sejati”.
Tanpa banyak waktu, ia segera Menyeberangi lautan. Ketika
sampai, ia bergumam dengan bangga kepada dirinya, “Kini aku akan mengungkap
rahasia yang selama ini kucari”.
Setelah bertanya kepada orang-orang, ia menemukan rumah si
kakek bijak. Rumah sederhana dari rotan dengan pagar tanaman di sekitarnya. “Kreeeeek”.
Seorang nenek keluar dari balik pintu tua setelah ia mengetuknya.
“Mari, masuklah. Ada apa gerangan anak muda, sehingga
berkenan mampir di gubug ini?”.
“Aku ingin bertemu dengan kakek bijak nek”.
“Oh, Tunggulah beberapa saat anakku”.
Iapun duduk menunggu, sesekali ia memutar arloji kuning
emas di lengan kanannya. “Hampir lima jam”. Ia tak kuasa menahan
kesabaran, dan beranggapan bahwa tuan rumah memperlakukannya dengan buruk.
Ketika kesabarannya nyaris putus, datang seorang kakek tua
dengan kain sarung tersampir di bahunya. Penampilan yang biasa saja, tak ada
yang istimewa. Sosok kakek itu tersenyum dengan bijaksana lalu menawarkan
segelas teh kepadanya.
Si pemuda, dengan hati yang berkecamuk, berkata dalam hati,
“Santai sekali, tanpa minta maaf telah mengabaikanku. Padahal aku telah
menunggunya hampir lima jam”. Ia berpikir keras untuk menahan emosinya.
Sementara si kakek dengan santun kembali menawarkannya segelas teh.
Dengan ketus ia menjawab, “Ya, aku mau teh!”.
“Nek, tolong buatkan teh untuk tamu kita!”. Pinta
si kakek
Ketika
teh sudah terhidang, si kakek bertanya kepada sang pemuda, “Bolehkan saya
menuangkan minuman ini untukmu?”. Sang pemuda mengangguk dengan baik. Ia
tersinggung ketika sang kakek terus menuang air teh hingga tumpah ke luar
gelas.
“Apa kakek tidak lihat, gelas ini sudah penuh. Tetapi
anda terus mengucurkan air hingga mengotori tempat ini”.
Mendengar suara keras sang pemuda, si kakek menjawab
dengan wajah tetap dihiasi senyuman, “Pulanglahlah nak!. Aku sangat senang
kau menunjukkan perhatian, pertemuan kita selesai”.
Lagi-lagi pemuda itu tak terima. Ia telah jauh-jauh datang
dari pulau seberang, menunggunya hingga berjam-jam lalu disambut dengan aliran
air teh yang meluber kemana-mana, namun akhirnya disuruh pulang. Ia berkacak
pinggang.
“Dengarlah anakku, kau harus datang lagi dengan gelas
yang kosong. Ketika gelas itu dipenuhi oleh teh, ia tidak akan bisa menampung
lebih banyak. Jika kau menuangkan air melampaui batasnya maka kau akan
kehilangan banyak hal di sekitarmu. Seperti itulah yang terjadi dalam dirimu
saat ini nak”.
Si pemuda masih tak paham, ia menanyakan makhsud perkataan
kakek itu.
“Nak, ketika kau terus marah maka gelasmu dipenuhi oleh
amarah. Sementara kau terus mengalirkan amarah dalam gelasmu. Akibatnya kau
lebih emosional di luar batas sehingga kau akan mendapat kerugian yang besar”.
Sang pemuda lalu terdiam. Setelah si kakek mengantarnya
sampai pintu ia berujar, “Jika kau ingin bahagia anakku, belajarlah
menguasai sikap dan perasaan. Pastikan gelasmu tetap kosong, itulah kunci
kebahagiaan sejati”.
Perasaan manusia terus berubah layaknya cuaca, kadang naik
melambung lalu berlanjut turun menukik. Bayangkan saja jika anda tak mampu
mengendalikannya. Perasaan ibarat warna-warni pelangi, anda bisa saja memulai
hari dengan bahagia, menangis haru, mendendangkan lagu kesukaan lalu keluar
rumah dengan pakaian terbaik.
Namun di tengah perjalanan, tiba-tiba ada mobil melaju
dengan kencang lalu menciprati anda dengan air pingggir jalan. Tentu hal ini
mengotori baju kerja anda. Kendati demikian anda tidak merasa terganggu dan
meneruskan perjalanan.
Setiba di kantor anda menyapa semua orang dan mendoakan
kebahagiaan untuk mereka. Mengapa semua itu bisa terjadi, seolah sebelumnya
tidak terjadi hal menyebalkan?. Jawabannya, karena anda memulai hari itu dengan
perasaan senang dan bahagia.
Inilah rumus Isi Gelas, “Penuhi, kosongkan, isi, lalu
kosongkan lagi”. Begitu seterusnya berulang-ulang sepanjang hari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar