SELAMAT DATANG DI BLOG B3 Baiti Bbytieh Blog

Selasa, 06 Mei 2014

Kisah Cinta Sejati Seorang Pria yang Baik


John dan Jessica telah berumah tangga selama 7 tahun Mereka saling mencintai, namun Jessica sejak awal menutupi semua perasaan cintanya terhadap John.. Ia begitu takut apabila John mengetahui betapa ia mencintai pria itu, John lantas meninggalkannya sebagaimana kekasih kekasihnya selama ini.Tapi tidak bagi John..Ia selalu menyatakan perasaan cintanya kepada Jessica dengan tulus dan begitu terbuka. Setiap saat ketika bersama Jessica, John selalu menunjukkan cintanya yang besar,seolah-olah itulah saat akhir John bersama Jessica.
Jessica selalu bersikap tidak menyenangkan terhadap John. Setiap saat dia selalu mencoba menguji seberapa besar cinta John terhadapnya. Jessica selalu mencoba melakukan hal-hal yang keterlaluan dan diluar batas kepada John. Meski Jessica tahu betapa hal itu sungguh salah, namun melihat sikap John yang tetap berlaku baik padanya, membuat Jessica tetap bertahan untuk melihat seberapa besar kesungguhan cinta pria yg dinikahinya itu.
Hari pertama pernikahan mereka. Jessica bangun siang. Dia tidak sempat menyiapkan sarapan untuk John ketika John hendak berangkat kerja. Namun John tetap tersenyum dan mengatakan,
“ Tidak apa-apa..Nanti aku bisa sarapan di kantor..”
Saat John pulang dari kantor, Jessica tidak sengaja memasak makanan yang tidak disukai John. Meski menyadari hal itu, Jessica tetap memaksakan agar suaminya mau makan makanan itu. John tetap tersenyum dan berkata, ” Wah..sepertinya sudah saatnya aku belajar menghadapi tantangan, Masakanmu sepertinya tantangan yang hebat, sayang..Aku sudah tidak sabar untuk menyantapnya. ” Jessica terkejut, tapi tidak mengatakan apa-apa.
Tetapi Malaikat tahu betapa malam malam saat Jessica terlelap John memanjatkan doa, “Tuhan…. Di pagi pertama pernikahan kami Jessica tidak membuatkanku sarapan. Padahal aku begitu ingin bercakap-cakap di meja makan bersamanya sambil membicarakan betapa indah hari ini, di hari pertama kami menjalani kehidupan baru sebagai suami istri.. Tapi tidak apa-apa,Tuhan.. Karena sepertinya Jessica kelelahan setelah resepsi pernikahan kami tadi malam,Bantulah kekasih hatiku ini, Tuhan agar dia boleh punya tenaga yang cukup untuk menghadapi hari baru bersamaku besok..Tuhan, Engkau tau betapa aku tidak bisa makan spaghetti karena pencernaanku yang tidak begitu baik..Tapi sepertinya Jessica sudah bekerja keras untuk masak makanan itu..Mampukan aku untuk menghargai setiap apa yang dilakukan istriku kepadaku, Tuhan..Jangan biarkan aku menyakiti perasaannya meski itu tidak mengenakkan bagiku..”
Tahun kedua pernikahan mereka, John membangunkan Jessica pagi-pagi untuk berdoa bersama.. Namun Jessica menolak dan lebih memilih melanjutkan tidurnya. John tersenyum dan akhirnya berdoa seorang diri. Sore hari sepulang kantor, John mengajak Jessica berjalan-jalan ke taman.. Meski terpaksa, Jessica akhirnya mau juga ke tempat dimana dulu perasaannya begitu berbunga-bunga saat bersama John.. Tetapi Jessica menolak rangkulan John, dan berkata, “Jangan, John.. Aku malu.. ”John tersenyum dan berkata, “Ya, aku mengerti..” Jessica melihat kekecewaan dimata John, namun tidak melakukan apapun untuk menghilangkan kekecewaan itu..
Tetapi Malaikat tahu betapa malam-malam setelah Jessica terlelap, John memanjatkan doanya.. ” Tuhan.. Ampuni aku yang tidak bisa membawa istriku untuk lebih dekat padaMU pagi hari ini.. Mungkin tidurnya kurang karena pikirannya yang sedang berat.. Tapi aku yakin, Tuhan besok Jessica mau bersama-sama denganku bercakap-cakap kepadaMu.. Tuhan, Engkau juga tahu kesedihanku saat Jessica meolak kurangkul ketika ke taman hari ini. Tapi tidak apa-apa Dia sedang datang bulan, mungkin karena itu perasaannya juga jadi lebih sensitive. Mampukan aku untuk melihat suasana hati istriku, Tuhan. ”
Tahun ketiga pernikahan mereka. Mereka kini mempunyai seorang putera bernama Mark. Jessica menjadi tidak pernah lagi meneruskan kebiasaannya membaca bersama John sebelum tidur. Jessica semakin sering menolak ciuman John. Jessica memarahi John habis-habisan sore itu ketika John lupa mencuci tangan saat akan menggendong Mark ketika John pulang kerja.. Jessica tahu betapa hal itu membuat John terpukul.. Namun idealismenya terhadap mendidik Mark membuat Jessica mengabaikan perasaan John.. Dan John tetap tersenyum..
Tetapi Malaikat tahu betapa malam-malam setelah Jessica terlelap, John memanjatkan doanya.. “Tuhan, Engkau tahu betapa sedih hatiku saat ini.. Semenjak kelahiran Mark, aku kehilangan begitu banyak waktu bersama Jessica.. Aku merindukan saat-saat kami membaca bersama sebelum tidur dan menciuminya sebelum ia tertidur.. Tapi tidak apa-apa.. Dia begitu capek mengurusi Mark seharian saat aku bekerja di kantor.. Hanya saja, biarkanlah dia tetap terus tertidur dalam pelukanku, Tuhan …. Karena aku begitu mencintainya. Sore tadi Jessica memarahiku karena aku lupa mencuci tangan saat menggendong Mark, Tuhan.. Aku begitu kangen pada anakku sehingga teledor melakukan sebagaimana yang diminta istriku.. Engkau tahu betapa aku terluka akan kata-kata Jessica, Tuhan..Tapi tidak apa-apa.. Jessica mungkin hanya kuatir terhadap kesehatan anak kami Mark apabila aku langsung menggendongnya.. Kesehatan Mark lebih penting daripada harga diriku. ”
Tahun keempat pernikahan mereka. Jessica tidak ingat memasak makanan kesukaan John di hari ulang tahunnya.. Jessica terlalu sibuk belanja sehingga lupa bahwa John selalu minta dibuatkan Blackforest dengan taburan coklat dan ceri diatasnya setiap ulang tahunnya tiba. Jessica juga lupa menyetrika kemeja John yang menyebabkan John terlambat ke kantor pagi itu karena John terpaksa menyetrika sendiri kemejanya.. Jessica tau kesalahannya, namun tidak menganggap hal itu sebagai sesuatu hal yang penting.
Tetapi Malaikat tahu betapa malam-malam setelah Jessica terlelap, John memanjatkan doanya.. “Tuhan, Untuk kali pertama Jessica lupa membuatkan Blackforest kesukaanku di hari ulang tahunku ini.. Padahal aku sangat menyukai kue buatannya itu. Menikmati kue Blackforest buatannya membuatku bersyukur mempunyai istri yang pandai memasak sepertinya, dan merasakan cintanya padaku.. Namun tahun ini aku tidak mendapatinya. Tapi tidak apa-apa.. Mungkin lebih banyak hal-hal lain yang jauh lebih penting daripada sekedar Blackforest itu. Paling tidak, aku masih mendapatkan senyuman dan ciuman darinya hari ini. Ampuni aku, Tuhan apabila tadi pagi aku lupa tersenyum kepada Jessica.. Aku terlalu sibuk menyetrika bajuku dan memikirkan pekerjaanku di kantor.. Jessica sepertinya lupa untuk melakukan hal itu, meski aku sudah meminta tolong padanya tadi malam. Jangan biarkan aku melampiaskan emosiku karena dampratan atasanku
akibat keterlambatanku hari ini kepada Jessica, Tuhan.. Jessica mungkin keliru menyetrika kemeja mana yang seharusnya kupakai hari ini.. Lagipula, sepatuku begitu mengkilap.. Aku yakin Jessica sudah berusaha keras agar aku kelihatan menarik saat presentasiku tadi.. Terima kasih untuk kebaikan istriku, Tuhan. ”
Tahun kelima pernikahan mereka. Jessica menampar dan menyalahkan John karena Mark sakit sepulang mereka berenang.. John terlalu asyik bermain-main dengan Mark sehingga tidak menyadari betapa Mark sangat sensitive terhadap dinginnya air kolam renang, yang mengakibatkan Mark terpaksa dirawat dirumah sakit …. Jessica mengancam akan meninggalkan John apabila terjadi apa-apa dengan Mark.. Jessica melihat genangan air mata di mata John,namun kekerasan hatinya lebih menguasainya ketimbang perasaan John.
Tetapi Malaikat tahu betapa saat itu John lantas menuju ke Kapel rumah sakit dan memanjatkan doanya sambil menangis.. ”Tuhan.. Tadi Jessica menamparku karena kelalaianku menjaga Mark sehingga dia sakit.. Belum pernah Jessica bersikap dan berkata sekasar itu padaku, Tuhan.. Tapi tidak apa-apa.. Jessica benar-benar kuatir terhadap anak kami sehingga ia bersikap demikian.. Tapi Tuhan, aku begitu terluka saat ia mengatakan akan meninggalkanku. Engkau tahu betapa ia adalah belahan jiwaku.
Jangan biarkan hal itu terjadi, Tuhan.. Mungkin dia begitu dikuasai kekuatiran sehingga melampiaskannya padaku.. Tidak apa-apa,Tuhan.. Tidak apa-apa. Asal dia mendapat ketenangan, aku akan merasa bersyukur sekali.. Dan sembuhkanlah putera kami, Mark agar dia boleh kembali dapat ceria dan bermain-main bersama kami lagi, Tuhan.. ”
Tahun keenam pernikahan mereka. Jessica semakin menjaga jarak dengan John setelah kehadiran Rebecca, puteri mereka.. Jessica tidak pernah lagi menemani John makan malam karena menjaga puteri mereka yang baru berusia 5 bulan..
Jessica juga menjual kalung berlian pemberian John dan menggantinya dengan perhiasan lain yang lebih baru. Ketika John mengetahui hal itu, Jessica tau John menahan amarahnya, namun Jessica berdalih, “John, itu hanya kalung berlian biasa. Lagipula,aku bukan menjualnya, melainkan menukarnya dengan perhiasan yang lebih baru.. ”
Tetapi Malaikat tahu betapa malam-malam setelah Jessica terlelap,John memanjatkan doanya.. “Tuhan, Aku begitu kesepian melewatkan makan malam sendirian tanpa Jessica bersamaku..
Aku begitu ingin terus bercerita dan tertawa bersamanya di meja makan.. Engkau tau, itulah penghiburanku untuk melepas kepenatanku setelah seharian bekerja di kantor.. Tapi tidak apa-
apa.. Rebecca tentu lebih membutuhkan perhatiannya daripadaku. Lagipula, Mark kadang-kadang mau menemaniku.. Hanya saja,jangan biarkan aku memendam sakit hati kepada Jessica karena menjual kalung pemberianku. . Engkau tau begitu lama aku menabung dan bekerja ekstra demi menghadiahinya kalung itu, hanya untuk membuktikan terima kasihku padanya atas kesetiaan dan pengabdiannya sebagai istriku dan ibu dari anak-anakku.
Ampuni aku apabila tadi aku sempat berpikir untuk marah padanya.. ”Tahun ketujuh pernikahan mereka.. Jessica sama sekali tidak mengindahkan kebiasaannya membelai kepala John dan mencium kening suaminya sebelum John berangkat kantor.. Padahal Jessica tau, selama ini apabila dia lupa melakukannya, John selalu kembali kerumah siang hari demi mendapatkan belaian dan ciuman Jessica untuknya.. Karena John tidak akan pernah tenang bekerja apabila hal itu belum dilakukan Jessica padanya.. Jessica tidak mengucapkan I LOVE YOU untuk kali pertama dalam 7 tahun pernikahan mereka..
Dan di tahun ketujuh itu pula, John mengalami kecelakaan saat akan berangkat ke kantor.. Ia mengalami pendarahan yang hebat yang membuatnya terbaring tidak sadarkan diri di ranjang rumah sakit..
Jessica begitu terguncang dan terpukul.. Ia begitu takut kehilangan John, suami yang dicintainya. . Yang selalu ada kapan saja dia butuhkan.. Yang selalu dengan tersenyum menampung semua emosi dan kemarahannya. Yang tak pernah berhenti mengatakan betapa John mencintainya. . Tak sedikitpun Jessica beranjak dari sisi tempat tidur John.. Tangannya menggenggam erat jemari suaminya yang terbaring lemah tak sadarkan diri.. Bibirnya terus mengucapkan I LOVE YOU, karena ia ingat kalau ia belum mengatakan kalimat itu hari ini..
Karena begitu sedih dan lelah menunggui John, Jessica tertidur..Dalam tidurnya, malaikat yang selama ini mendengar doa-doa John pada Tuhan membawa Jessica melihat setiap malam yg John lewatkan untuk mendoakan Jessica.. Ia menangis sedih melihat ketulusan dan rasa cinta yg besar dari John padanya.. Tak sedikitpun John menyalahkannya atas semua sikapnya yang tidak mempedulikan perasaan dan harga diri John selama ini.. Alih-alih demikian, John malahan menyalahkan dirinya sendiri.. Jessica menangis menahan perasaannya. Dan untuk kali pertama dalam hidupnya, Jessica berdoa, “Tuhan, ampuni aku
yang selama ini menyia-nyiakan rasa cinta suamiku terhadapku. Ampuni aku yang tidak memahami perasaan dan harga dirinya selama ini.. Beri aku kesempatan untuk menunjukkan cintaku pada suamiku, Tuhan.. Beri aku kesempatan untuk meminta maaf dan melayaninya sebagai suami yang kucintai.. ”
Dan ketika Jessica terbangun, Ia melihat pancaran kasih suaminya menatapnya.. ”Kamu keliatan begitu lelah, sayang.. Maafkan aku yang tidak berhati-hati menyetir sehingga keadaannya mesti jadi begini dan membuatmu kuatir.. Aku tidak konsentrasi saat menyetir karena memikirkan bahwa kau lupa mengatakan I LOVE YOU padaku. Belum selesai John berbicara, Jessica lantas menangis keras dan menghambur ke pelukan suaminya..
“Maafkan aku, John..Maafkan aku.. I LOVE YOU..I really Love you.. Kaulah matahariku, John..Aku tidak bisa bertahan tanpamu..Aku berjanji tidak akan pernah lupa lagi mengatakan betapa aku mencintaimu. . Aku berjanji tidak akan pernah mengabaikan perasaan dan harga dirimu lagi.. I LOVE YOU, John.. I LOVE YOU. ”
 
Diposkan oleh Rizqin dan Baiti

TERANGKAI CINTA SETELAH BERSAMA



Anak muda hebat:
Jatuh cinta kepada wanita yang menurutnya tak mungkin bisa tertarik kepadanya, tapi di dalam hati dia berkata dengan penuh kesungguhan: "Suatu ketika nanti, aku akan menikahimu”.
( Mario teguh )
            Cinta, adalah sebuah perasaan  seseorang terhadap sesuatu yang lain, cinta dalam hati ibarat sebuah pohon, memiliki akar yang mengokohkan, memiliki daun yang menyejukkan, memiliki dahan yang menguatkan, juga memiliki ranting yang seakan-akan menjadi seni dari keindahannya. sifatnya yang meneduhkan, inilah yang membuat seseorang memilih untuk melabuhkan penatnya, untuk berteduh di bawahnya,untuk menikmati kerindangan daunnya bersama sepoy alami semilir angin.
            Namun cinta, tidak selalu terangkai dalam kisah indah, tidak selalu tercatat bak cinta Alysa dan Dude, dengan romansa yang nampak sebelum bersama. Terungkaplah dalam suatu kisah asmara,  sepasang kekasih yang hidup dalam kemoderenan masa, dengan gaya hidup kali ini, dengan style terupdate gaya anak muda.
            Sebut saja namanya Aisyah dan Randi, memiliki hubungan yang sepertinya mulai diragukan ibunya, "Ais, kamu telah berumur nak, sudah waktunya kamu untuk berkeluarga, kalau kalian memang telah sama suka, mintalah pasanganmu untuk meminangmu, supaya ibu tenang, kamu harus tahu, pakde Hasan juga pernah meminta ibu untuk mengawinkan kamu dengan anaknya, "mas Dana". sebenarnya ibu juga suka, tapi ibu tidak mau memaksa dulu, setidaknya mintalah kepastian pada pasanganmu. jika memang lain, maka turutilah permintaan ibu."
            Sontak nyanyian guntur mengiringi ketegangan hati Aisyah, "mas Dana? orang yang paling kuper, paling kuno, tidak tahu zaman, bukan typeku, orang yang kerjanya cuma ke masjid, cuma ke majelis, apakah ini bu, pilihan ibu?".
            seiring gelisah menemani, di pencetnya tombol di ponsel, terlihat ia mengetik sebuah pesan "mas Randi, besok datanglah ke rumah, ibu ingin bicara", dengan berat hati dikirimlah pesan itu.
"Assalamualaikum".
wa'alaikum salam, oo nak Randi, ayo masuk, Ais, nak ada nak Randi, ibu tinggal sebentar ya.
            Ditemuinya Randi, lalu menciptakan sekedar basa-basi pembuka suasana. "sudah lama mas?, oya ibu ingin bicara tentang hubungan kita, nanti bicaralah yang baik supaya ibu mengerti tentang hubungan ini, aku sangat berharap bisa bersamamu mas".
            langkah kaki terdengar lirih, itu langkah ibu, badan terasa panas dingin seakan menghadiri sidang Mahkamah agung,  sekali-kali ais menyeka keringatnya, entah tak sabar atau takut akan keputusan ibu dan mas randinya.
"nak Randi", sapa ibu memulai percakapan
"ia bu". jawab Randi
            "em, ibu, mas Randi Ais mau ke belakang dulu". pamit ais memotong suasana. lari dan bersandarlah ia di balik pintu kamarnya, yang tak jauh dari ruang tamu. sayup-sayup ia mendengarkan percakapan ibu dan mas Randinya, agak lama, ada sekitar dua puluh menitan. kata demi kata disimaknya dengan teliti, tiba-tiba terdengar kalimat yang tidak disangkanya, "ibu, sebelumnya Randi minta maaf, bukan makhsud Randi untuk mengulur waktu, Randi memang mencintai dek Ais, tapi bu, orang tua Randi telah memilihkan jodoh untukku, Randi ingin menolak , tapi orang tua Randi tetap memaksa, Randi sudah mencoba mencari waktu untuk bicara ini pada dek Ais, tapi Randi tak tega mengatakannya. ibu maafkan Randi". terdengar lagi ibu mengatakan makhsud, bahwa pakde Hasan juga telah memintaku untuk dijadikan menantunya.
            Langit terasa pekat, dibantingnya palang pintu kamar dan terdengar teriakan ibu "Ais?". ia lemparkan tubuhnya ke kasur dengan sesenggukan air mata. entah apa yang terjadi lagi setelah itu, beberapa waktu tidak ada lagi percakapan ibu dan mas Randinya, mungkin sidang itu telah usai, mungkin pula ibu telah memanggilnya berkali-kali.
            Esok hari, rumah terasa asing, ia marah, marah pada dirinya mengapa ia terlalu berharap?, marah pada randi, mengapa tak mau jujur. marah pada ibu, itu tak mungkin, jika saja ibu tidak tegas maka ia akan menjadi gadis yang paling menyesal karena tak mengindahkan nasehat orang tuanya.
            Akhirnya tibalah hari di mana ia benar-benar telah menerima permintaan ibunya, menikah dengan Dana, seorang yang sebelumnya sangat ia benci, ia tak banyak bicara, senyumpun sepertinya enggan untuk dilepaskan. iringan Shalawat badar menambah riuh rumahnya, celoteh anak kcil sambil berlarian menambah cita namun tak juga merubah masam mukanya.
            hari itu, orang yang  telah melukainya ternyata hadir dalam acara resepsi, semakin merah dan ingin berteriak segera memukulnya, Randi, di teeskan lagi air mata seolah ingin beranjak dari singasana, ingin berlari dan memeluk kekasihnya dulu itu. namun ia tak kuasa dan bertahan hingga usai acara
            kini, Aisyah Nasywara telah sah menjadi istri Hardana Hasan. seorang yang akan ia temui setiap hari, seorang yang akan menjadi imamnya dalam sholat , seorang yang akan mnejadi ayah dari anak-anaknya kelak, inilah ratap Aisyah.
            Malam. demi malam telah mereka lewati,belum sekalipun Dana menyentuh Aisyah, padahal secara jasmani kebutuhann Aisyah selalu dipenuhi, makan, pakaian, perhiasan dan lainnya, lambat laun Aisya menjadi curiga, merasaka rindu tatkala suaminya tak ada di Rumah, sering Aisyah menghadiri majelis-majelis suaminya,  iapun telah memakai baju hadiah dari ustadz muda itu, gamis panjang menutup aurat dengan kedudung lebar menutup bahu berwarna hijau toska. ia mulai di landa perasaan cinta kepada imamnya.
            Suatu hari dipertiga malam, terdengar suara menggigil serak-serak dengan igauan, Aisyah terbangun dan mencari asal suara, "mas Dana, kenapa kamu?". Aisyah tak berani untuk sekedar mengusapnya, semakin lama ia semakin tak tega, melihat suami yang selama ini hambar padanya meronta lirih kedinginan. "Mas", sapaan itu ternyata membuat suaminya terjaga, lalu menyingkir sejengkal darinya. lama mereka hanya terdiam. Dana yang telah terbangun melihat air mata dipelupuk mata istrinya, "kenapa kamu menangis dik?" tanya Dana. "mas, aku istrimu yang sah kan?, kenapa kau tau mau menyentuhku? apa kau marah padaku?".
            Dik, kamu tahu pelacur? banyak pelacur yang melayani tamunya bukan atas dasar cinta, dia hanya terpaksa melakukan itu sampai tamunya merasa lelah. Setelah itu, apalagi artinya?, aku tak ingin kamu seperti itu dik, kamu istriku, bukan mereka, aku tak ingin meminta jika kau belum marasakan cinta. Aku tidak ingin hanya aku yang merasa tapi kau juga. Dik inilah alasanku mengapa belum sekalipun aku memberikan nafkah batinmu, aku takut menyakitimu.
            Dik  tahukah kamu, sehari sebelum pernikahan kita, aku berkunjung ke rumahmu, kudapati kau dan kekasihmu tengah bersalam pisah, kuurungkan niatku untuk bertamu, selangkah kubalikkan tubuh kudengar kalian tengah berjanji untuk tetap mencintai satu sama lain. Aku merasa bersalah padamu dik, aku telah menjadi penghalang cinta kalian.
            Lalu ingtkah kamu ketika mantan kekasihmu dulu datang di acara resepsi kita, kulihat kamu menitikkan air mata, tanda kau merindukannya, entah apakah hari itu kau ingin berontak atau kau hanya ingin berbakti pada orang tuamu
            Tak kuasa Aisyah menahan haru, tanpa sadar ia telah memeluk suaminya, inilah malam petamanya, merasakan menjadi seorang kekasih dari imamnya. sejak saat itu mulai tumbuhlah cintanya, mulai mendapatkan artinya kebahagiaan cinta yang Mawaddah dan juga warrahmah.
            Sembilan bulan kemudian lahirlah putri kecil, buah dari cinta mereka “Kayla naura Hardana”. Aisyah yang dulu gadis modern dengan stylenya, kini menjadi muslimah anggun dengan balutan gamis panjang. Naura kecilpun senada dengan ibunya Aisyah nasywara.
            Kala itu, Ramadhan malam dua puluh tujuh, Aisyah yang sedang memangku Naura, bersandar pada suaminya, mereka duduk di balkon sambil menikmati kerlip bintang dan cahaya langit malam. “dik Ais, istriku sayang”, sapa Dana dengan mengusap bahu Aisyah, “iya mas Danaku?”.
             “kau tahu bintang-bintang itu?, aku ingin kau seperti mereka, menjadi hiasan untuk langit, kerlipnya juga memberi cahaya lebih bagi atap lebar itu, istriku, jikalau nanti aku lebih dulu meninggalkan dunia, maka kau harus bisa menjadi layaknya bintang, kamu harus bisa menjadi penghias keluaga kecil ini, kamu harus jadi ibu yang mengayomi bagi anak-anak kita, Naura juga adik-adiknya nanti, InsyaAllah”.
            Sambil memicingkan mata Aisyah mencubit suaminya “kamu bicara apa mas, aku ingin  terus bersamamu, di dunia maupun akhirat”. Insya Allah kita terus bersama dik, jika kita saling mencintai karena Allah, bukan karena yang lain. Jawab Dana. Sudah malam mari kita masuk
            Malam berlalu, kumandang ayat-ayat Alquran terus dilantunkan, masjid, surau tidak pernah sepi dari pengeras suara, seorah-olah tadarrus ada shiftnya, shift pagi, shift siang juga shift malam, inilah suasana ramadhan, pengajian bergilir dari satu masjid ke masjid yang lain juga berjalan setiap malam. Terasa sejuk nuaansa menyambut Syawal.
            Naura cantik, nanti kalu udah gede harus pintar mengaji ya, harus bisa berdoa buat ayah dan ibu, Naura juga harus jadi anak berbakti. Timang Dana menunggu sorban hijau dari istrinya.
            Ini mas, hati-hati suamiku!, ulur Aisyah menyerahkan sorban suaminya ketika hendak mengisi ceramah disebuah walimah. “dik Ais, jagalah anak kita, Naura.” Pasan Dana
            Pagi ini, hari terasa berbeda, suasananya juga tidak seperti biasanya, mendung dan berkabut. Jalanan juga sepi, hilir mudik kendaraan tak begitu ramai, hanya satu dua mobil Tronton yang mengemudi. Namun sahut menyahut tadarrus masih mengalun namun terasa hening, entahlah.
            Qiraah Penyambut sholat jum.at telah dinyalakan, ditoleh jam menunjukkan pukul 11.30. “biasanya,  mas Dana tidak  pernah telat?, apakah dia tidak jamaah di rumah?”. Pertanyaan demi pertanyaan Aisyah semakin membuatnya panik. Tiba-tiba ponsel di meja terdengar berdering, di saputlah cepat-cepat, “Al-hamdulillah mas Dana, Assalamualaikum mas, di mana?”. Sapa Aisyah, “maaf apakah ini dengan ibu Aisyah?, ini dari kepolisian, suami anda Herdana hasan tengah mengalami kecelakaan, sekarang tengah dilarikan ke RS.kusuma, terima kasih bu”.
            Ponselnya lepas dan terbanting, jerit hati seolah tak bisa diungkapkan, dadanya terasa sesak, di renguhnya Naura kecil yang sedang bermain gantungan bola, ia hampir tak sadar, kembali ia mencari materi ponselnya yang terpisah, dia pasang lagi dan diaktifkan, lalu mengontak ibu dan ayah mertuanya juga sanak saudara.
            Naura terus menangis disepanjang perjalanan, lorong rumah sakit terasa menakutkan, bau obat tercium di mana-mana, dan kini  ruang ICU telah di depan mata, ia tak kuasa melangkah untuk melihat laki-laki yang dicintainya, lewat kaca kecil dipintu, ia mengintip suaminya yang terlelap efek bius. Ia tak tahan, ibu dan ayah mertuanya mencoba menenangkan, semuanya sedih.
“Mas Dana, suamiku”, bisik Aisyah lembut membuat suaminya terbangun, “istriku, kamu baik-baik saja sayang?, kenapa menangis, tak lagi cantik istriku kalau menangis?”, goda Dana. “Kau jangan bergurau mas, mana yang sakit? Tanya Aisyah.   
            “Ini”, sambil menunjuk dadanya, “terasa sakit sekali kalau aku tak jumpa dengan kekasihku, kalau aku tak lihat  senyum sholehahnya, seperti saat ini. Yang juga tak Nampak lesung pipitnya.  Goda Dana lagi menghibur Aisyah.
            Dik Ais, kau ingat kata-kataku semalam?, pegang selalu ya, lalu kalau Allah memang mengambilku lebih dulu darimu, maka ku izinkan kau disunting laki-laki lain, asal dia bertanggung jawab, dan mau menerima putri kita, dia tidak hanya mencintaimu namun juga menyayangi Naura.
            Lekas Aisyah menghambur memeluk suaminya, tangisnya tak terbendung lagi seakan ia tak ingin berpisah dengan ustadz mudanya itu. “mas jangan ucapakan kata itu lagi, aku mencintaimu mas, sangat, lihat Naura, ia ingin ditimang ayahnya seperti tadi pagi”. Ucap aisyah disela tangisnya.
            Pukul 3 dini hari, bunyi sirine ambulance terngiang meramaikan jalan sempit perumahan Aisyah, alat pengeras di masjid tengah bersuara, mengumumkan berita duka, ustadz muda Herdana Hasan telah kembali ke Rahmatullah, para tetangga silih berganti bertakziah, seakan tak percaya, ustadz yang baru kemarin subuh mengimami kini telah meninggal. Tak ada lagi ustadz tampan Herdana yang mengisi pengajian setiap pekan. Hari itu dua hari sebelum idul fitri, bumi terasa menangis, langit berwajah suram meski siang, seolah merasakan kesedihan.
Cinta Aisyah dan Dana, cinta karena Allah, kembalinya juga pada Allah.






Senin, 05 Mei 2014

Ujian Nasional, Dilema Sang Guru


Di luar terdengar lagu dangdut murahan dibunyikan keras-keras. Sedangkan aku.. aku menjejalkan lagu korea ke telingaku. Bukan tidak mencintai karya negeri sendiri. Tapi cinta memang tidak bisa dipaksakan akan jatuh kemana. Hari-hari sudah cukup menekan disini tanpa lagu-lagu dangdut itu. Sedikit pelepas ketegangan hanya itu yang aku butuhkan. Alunan lembut suara IU… sejenak… bisa membuatku melupakan badai yang sedang berkecamuk di hati, pikiran dan tubuhku.
Entah kemana idealisme itu sudah kulemparkan. Mungkin seperti batu hitam yang jatuh ke laut dalam atau seperti bumerang milik suku Aborigin yang kini sedang berbalik menyerangku. Yang kulakukan adalah pengkhianatan. Bukan terhadap orang lain, tapi terhadap diriku sendiri. Apakah rupiah itu? Atau memang kelemahan yang sudah lama ada bahkan sebelum idealisme ku menemukan namanya. Hanya karena permintaan menghiba dari seorang kepala sekolah yang juga menjadi korban sistem kemunafikan dalam lembaga pendidikan yang seharusnya didirikan untuk menjadi wadah perubahan dan pencetak para cendikia.
“Tolong lah… Bu. Anak-anak kita tak akan bisa lulus jika mereka harus mengerjakan soal itu sendiri”,
“Kasihan mereka Bu, sebagai guru, inilah yang kita bisa berikan bagi mereka”.
Ya. Satu pertolongan terakhir bagi anak-anak pulau yang lebih gemar bermain dan melaut ketimbang belajar. Toh, mereka semua akan lulus juga. Lihatlah lah coreng moreng itu sekarang. Di tempat ini, mereka malah dibimbing untuk berlaku curang. Salahkah anak-anak itu jika moral mereka terus terdegradasi, di tempat etika seharusnya berlaku mutlak, mereka malah menemukan pelecehan terhadap etika moral dan kejujuran diinjak blak-blakan.
Semua kobaran kemarahan dan idealisme itu padam seperti tersiram air dingin. Aku benci melihat diriku bersusah payah mengerjakan soal-soal sialan itu. Seribu kali!!! Mau jadi apa siswa-siswa itu? Kabupaten yang ingin namanya harum mengambil jalan pintas berbagai rupa. Hemh! Lihat saja jalan yang sudah disediakan itu, berubah menjadi semak belukar. Jalan pintas itu kini sudah serupa jalan tol, lengkap dengan pintu, penjaga dan tarifnya. Kemanakah jalan itu menuju? Ke dunia luar yang memang persis seperti inilah keadaanya, kurang lebih. Apakah cara-cara yang diterapkan memang sudah tepat, mengingat setamatnya mereka dari sekolah, mereka akan terjun dan berbaur dalam masyarakat. Mereka sudah kami ajarkan untuk mengenal kata ‘kompromi’ dan kami didik untuk memahami dengan pasti bahwa ‘tidak ada peraturan yang tidak bisa dilanggar’. Dan trik untuk mencapai sukses dalam hidup.. yaitu… ‘jangan melawan arus’. Mereka juga sudah kami bekali dengan rumus untuk bisa bertahan dalam dunia nyata ‘kejujuran hanya dipakai seperlunya saja’. Karena begitulah yang marak mereka lihat di televisi, jika channel favorit mereka yang menayangkan sinetron kebetulan sedang iklan dan mereka melewati saluran tv yang terus-menerus memutarkan berita. Karena begitulah yang terjadi di indonesia.
Hidup memang pilihan, dan aku sudah memilih untuk ikut terlibat dalam permainan ini. Hanya karena aku tak mau didiskualifikasi karena melanggar peraturan yang sudah ditetapkan, play unfair. Menyadari kalau ternyata aku tidak cukup tangguh untuk bisa berkata ‘tidak’, membungkam suara yang biasa kuteriakkan… aku pun tak jauh berbeda.
Pendidikan harus selalu menyesuaikan dengan perubahan jaman, itulah yang sedang berlaku saat ini. Bagaimana pendidikan moral bisa diterapkan jika moral para pendidiknya saja masih patut dipertanyakan. Bukan gaji yang besar yang dibutuhkan, tapi jiwa yang berkali-kali lipat lebih besar untuk bisa bertahan dalam profesi ini dan tetap waras. Pelan-pelan… aku sudah mulai membenci anak-anak ini. Di mataku, mereka adalah kertas buram dan lusuh. Bukan kertas putih yang masih kosong yang bisa dicat warna-wani pelangi. Aku mendadak kehilangan kemampuanku untuk melihat sisi putih dari legam kulit mereka. Anak-anak itu sudah menjadi kriminil sejak masih di sekolah dasar. Menyalahkan keluarga dan lingkungan mereka adalah yang kami lakukan disini. Bukan perasaan seperti ini yang ingin aku rasakan ketika memutuskan untuk mengikuti program sm3t. Ottokhe… bagaimana dengan hatiku. Bagaimana dengan idealismeku. Bagaimana nasib pendidikan negeri ini kelak? Tempat ini punya kekuatan untuk membangkitkan seluruh sisi negatifku. Kini aku hanyalah seorang guru yang pesimis dan apatis.

Cerpen Karangan: Marine
Facebook: https://www.facebook.com/lisa.aulia
Guru SM 3T (Sarjana Mendidik di Daerah Terluar, Terdepan dan Tertinggal)